Daftar Isi:
IV. Nabi Muhammad Hijrah
Kini tiba fajar.
Semangat dan gairah besar tampak di kalangan musyrik itu. Mereka begitu yakin
akan segera berhasil. Dengan pedang terhunus mereka memasuki kamar Nabi, yang
menimbulkan suara gaduh. Serentak Ali mengangkat kepalanya dari bantal dan
menyingkirkan selimutnya lalu berkata dengan sangat tenag, Apa yang terjadi ? Mereka menjawab, Kami mencari Muhammad. Di mana dia? Ali berkata, Apakah anda menitipkannya kepada saya
sehingga saya harus menyerahkannya kembali kepada Anda? Bagaimanapun, sekarang
ia tak ada di rumah. Muhammad telah pergi
jauh di luar pengetahuan mereka.
Nabi, tiba di Quba
tanggal 12 Rabiul Awwal, dan tinggal di rumah Ummu Kultsum ibn al-Hadam.
Sejumlah Muhajirin dan Ansor sedang menunggu kedatangan Nabi. Beliau tinggal di
situ sampai akhir pekan. Sebagian orang mendesak agar beliau segera berangkat
ke Madinah, tetapi beliau menunggu kedatangan Ali. Orang Quraisy mengetahui
hijrahnya Ali dan rombongannya diantaranya ialah Fatimah, puteri Nabi,
Fatimah binti Asad dan Fatimah binti Hamzah bin Abdul Mutholib karena
itu, mereka memburunya dan berhadap-hadapan dengan dia di daerah Zajnan.
Perselisihan pun terjadi dan Ali berkata Barangsiapa menghendaki tubuhnya
terpotong-potong dan darahnya tumpah, majulah! Tanda marah nampak di wajahnya.
Orang-orang Quraisy yang merasa bahwa masalah telah menjadi serius, mengambil
sikap damai dan berbalik pulang. Ketika Ali tiba di Quba, kakinya berdarah, dikarenakan menempuh perjalanan Makah
Madinah dengan berjalan kaki. Nabi dikabari bahwa, Ali telah tiba tapi tak
mampu menghadap beliau. Segera nabi ke tempat Ali lalu merangkulnya. Ketika
melihat kaki Ali membengkak, air mata Nabi menetes".
Penduduk Yastrib
yang kemudian berganti menjadi nama Madinah - menyambut kedatangan Nabi. Mereka
mengucapkan berbagai macam syair untuk menyambut manusia mulia ini. Disinilah
manifestasi sebuah negara Islam pertama kali didirikan. Muhammad menyusun
kekuatannya di Madinah bersama keluarga dan sahabat setianya yang rela
meninggalkan tanah air dan hartanya untuk Tuhannya, islam yang muda ini
menyusun kekuatan untuk menghadapi kekuatan kaum Quraisy yang setiap saat siap
untuk menghancurkan Islam yang dibangun ini, perang demi perang mulai dari
Badar, Uhud, Khandaq, yang disetiap perang tampillah Al-Washi Muhammad yang
selalu menjadi pemberi moral kepada pasukan untuk menghancurkan kafir Quraisy dengan
Iman yang membara. Pada perang Badar al-washi (Ali) dan Hamzah tampil
menghadapi pemberani kafir Quraisy, dalam sepucuk suratnya kepada Muawiyah, Ali mengingatkannya dalam kata-kata Pedang saya yang saya gunakan untuk
membereskan kakek anda dari pihak ibu (Utbah, ayah dari Hindun Ibu Muawiyah),
paman anda dari pihak Ibu (Walid bin Uthbah) dan saudara Anda (Hanzalah) masih
ada pada saya. Pada perang Uhud Nabi dan lagi-lagi Hamzah dan Ali tidak
pernah Absen, Ali adalah pembawa panji dalam setiap peperangan. Nabi
mengungkapkan nilai pukulan Ali pada perang Khandaq (parit) disebut juga
dengan Ahzab kepada Amar bin Abdiwad itu, Nilai pengorbanan itu melebihi segala perbuatan baik para pengikutku,
karena sebagai akibat kekalahan jagoan kafir terbesar itu kaum Muslim menjadi
terhormat dan kaum kafir menjadi aib dan terhina".
Baca juga: V. Benteng Khaibar
0 Comment:
Post a Comment