This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Showing posts with label Sejarah Islam. Show all posts
Showing posts with label Sejarah Islam. Show all posts

Friday 20 June 2014

Sejarah Perang Uhud

Perang Uhud (Bahasa Arab: غزوة أحد‎ Ġazwat ‘Uḥud) berlaku pada hari Sabtu, 7 Syawal atau 11 Syawal tahun ketiga hijrah (26 Mac 625 M) adalah peperangan antara kaum Muslimin dan kaum musyrikin Quraisy  Mekah yang terjadi pada tahun 3 Hijriah di Gunung Uhud. Gunung kecil yang terdiri dari batu hitam diselimuti oleh tanah kering ini tingginya 1050 meter, terletak di sebelah barat laut Madinah, tepatnya 5 km arah utara dari Masjid Nabawi dan arah selatan dari Gunung Tsur. Peristiwa pertempuran ini terasa begitu dahsyat dan memberikan dampak emosional, 70 Orang Syuhada gugur dan Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam terluka. Berikut kami ulas secara singkat  Kisah pertempuran Uhud dan hikmah dibalik musibah yang menimpa kaum muslimin. Bismillahirrahmanirrahim..

Latar belakang pertempuran

Mendung kesedihan masih saja menyelimuti kota Makkah. Tak bisa dipungkiri lagi bahwa kaum Musyrikin Quraisy tak mampu menyembunyikan duka lara mendalam perihal kekalahan telak mereka pada perang Badar tahun ke-2 Hijriyah, hati mereka tersayat pilu tak terkira. Berita kalahnya pasukan Quraisy terasa begitu cepat menyebar keseluruh penjuru kota Makkah, bak awan bergerak menutupi celah celah langit yang kosong di musim penghujan. Namun sangat disayangkan, kekalahan telak kaum paganis Quraisy pada perang itu tak mampu merubah sikap bengis mereka terhadap kaum muslimin. Dendam kesumat nan membara tertancap kokoh dalam hati mereka, tewasnya tokoh-tokoh Quraisy berstrata sosial tinggi pada peristiwa nahas itu semakin menambah kental kebencian Quraisy terhadap kaum muslimin.

Persiapan pasukan Quraisy

Tokoh-tokoh Quraisy seperti  Ikrimah bin Abu Jahal, Shafwan bin Umayah, dan Abu Sufyan bin Harb (sebelum mereka masuk Islam) bangkit sebagai pelopor-pelopor yang sangat getol mengobarkan api balas dendam terhadap Islam dan pemeluknya. Para orator ulung bangsa Arab tersebut menempuh langkah-langkah strategis  untuk memuluskan program balas dendam tersebut, mula-mula mereka melarang warga Makkah meratapi kematian korban tewas perang Badar kemudian menunda pembayaran tebusan kepada kaum muslim untuk membebaskan tawanan Quraisy yang masih tersisa di Madinah. Mereka sibuk menggalang dana untuk menyongsong aksi balas dendam, mereka datang kepada para pemilik kafilah dagang Quraisy yang merupakan pemicu utama terjadinya perang Badar, seraya menyeru :

”Wahai orang-orang Quraisy! Sungguh Muhammad telah menganiaya kalian serta membunuh tokoh-tokoh kalian! Maka bantulah kami dengan harta kalian untuk membalasnya! Mudah-mudahan kami bisa menuntut balas terhadap mereka.”
Rencana tersebut mendapat respon hangat dari masyarakat Quraisy, kontan dalam waktu yang sangat singkat terkumpul dana perang yang cukup banyak berupa 1000 onta dan 50.000 keping mata uang emas. Sebagaimana yang Allah Subhaanallaahu wa Ta’aala lansir pada ayat ketigapuluh enam dari surat Al-Anfal:

Sesungguhnya orang-orang kafir itu mereka menginfakkan harta mereka untuk menghalangi manusia dari jalan Allah…

Hari demi hari tampak upaya mereka mendapat hasil signifikan. Betapa tidak, hanya dalam kurun waktu satu tahun saja mereka mampu menghimpun pasukan tiga kali lipat lebih besar dibanding jumlah pasukan Quraisy pada perang setahun lalu (perang Badar) ditambah fasilitas persenjataan yang memadai terdiri dari 3000 onta, 200 kuda dan 700 baju besi, jumlah total pasukan tidak kurang dari 3000 prajurit ditambah lima belas wanita bertugas mengobarkan semangat tempur dan menghalau pasukan lari mundur kebelakang.

Bertindak sebagai panglima tertinggi pasukan Quraisy adalah Abu Sufyan bin Harb, adapun pasukan berkuda dibawah komando Khalid bin Al Walid dan Ikrimah bin Abu Jahal, sementara panji- panji perang dipegang para ahli perang dari Kabilah Bani Abdud Dar, dan barisan wanita dibawah koordinasi Hindun bintu ’Utbah istri Abu Sufyan. Terasa lengkap dan cukup memadai persiapan Quraisy dalam periode putaran perang kali ini, arak-arakan pasukan besar sarat anarkisme dan angkara murka kini tengah merangsek menuju Madinah menyandang misi balas dendam.

Sampainya kabar kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam

Beliau menerima surat rahasia dari Al Abbas bin Abdul Mutthalib paman beliau yang masih bermukim di Makkah. Kala itu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam berada di Quba, Ubay bin Ka’ab diminta untuk membaca surat tersebut dan merahasiakan isinya. Beliau bergegas menuju Madinah mengadakan persiapan militer menyongsong kedatangan ’tamu tak diharapkan itu’.

Bak angin berhembus, berita pergerakan pasukan kafir Quraisy menyebar keseluruh penjuru Madinah, tak ayal kondisi kota itu mendadak  tegang , penduduk kota siaga satu, setiap laki-laki tidak lepas dari senjatanya walau dalam kondisi shalat. Sampai-sampai mereka bermalam di depan pintu rumah dalam keadaan merangkul senjata.

Majelis musyawarah militer

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam mengumpulkan para sahabatnya sembari  bersabda :

Demi Allah sungguh aku telah melihat pertanda baik, aku melihat seekor sapi yang disembelih, pedangku tumpul, dan aku masukkan tanganku didalam baju besi, aku ta’wilkan sapi dengan gugurnya sekelompok orang dari sahabatku, tumpulnya pedangku dengan gugurnya salah satu anggota keluargaku sementara baju besi dengan Madinah”.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam berpendapat agar tetap bertahan di dalam kota Madinah dan meladeni tantangan mereka di mulut-mulut lorong kota Madinah. Pendapat ini disetujui oleh Abdullah bin Ubay bin Salul, Abdullah bin Ubay  memilih pendapat ini bukan atas pertimbangan strategi militer melainkan agar dirinya bisa dengan mudah kabur dari pertempuran tanpa mencolok pandangan manusia.  Adapun mayoritas para sahabat, mereka cenderung memilih menyambut tantangan Quraiys di luar Madinah dengan alasan banyak diantara mereka tidak sempat ambil bagian dalam perang Badar, kali ini mereka tidak ingin ketinggalan untuk ’menanam saham’ pada puncak amalan tertinggi dalam Islam (JIHAD).  Hamzah bin Abdul Mutthalib sangat mendukung pendapat ini seraya berkata :

”Demi Dzat Yang menurunkan Al Qur’an kepadamu, sungguh Aku tidak akan makan sampai Aku mencincang mereka dengan pedangku di luar Madinah.”

Dengan mempertimbangkan berbagai usulan para sahabat akhirnya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam memutuskan untuk menjawab tantangan Quraisy di medan terbuka luar kota Madinah. Dan meninggalkan selera Abdullah bin Ubay.

Hari itu Jum’at tanggal 6 Syawwal 3 H beliau memberi wasiat kepada para sahabat agar bersemangat penuh kesungguhan dan bahwasannya Allah akan memberi pertolongan atas kesabaran mereka. Lalu mereka shalat Ashar dan Beliau beranjak masuk kedalam rumah bersama Abu Bakar dan Umar bin Al Khathab, saat itu beliau mengenakan baju besi dan mempersiapkan persenjataan.

Para sahabat menyesal dengan sikap mereka yang terkesan memaksa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam untuk keluar dari Madinah, tatkala Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam keluar mereka berkata:

”Wahai Rasulullah, kami tidak bermaksud menyelisihi pendapatmu, putuskanlah sekehendakmu! Jika engkau lebih suka bertahan di Madinah maka lakukanlah!”
Beliau menjawab:

”Tidak pantas bagi seorang nabi menanggalkan baju perang yang telah dipakainya sebelum Allah memberi keputusan antara dia dengan musuhnya.”

Kondisi umum pasukan Islam

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam membagi pasukan Islam menjadi tiga batalyon : Batalyon Muhajirin dibawah komando Mush’ab bin Umair, Batalyon Aus dikomando oleh Usaid bin Hudhair dan Batalyon Khazraj dipimpin oleh Khabbab bin Al Mundzir . Jumlah total pasukan Islam hanya 1000 orang, dengan perlengkapan fasilitas serba minim berupa 100 baju besi dan 50 ekor kuda (dikisahkan dalam sebuah riwayat: tanpa adanya kuda sama sekali) dalam perang ini. Wallahu a’lam

Sesampainya pasukan Islam disebuah tempat yang dikenal dengan Asy Syaikhan, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam menyeleksi beberapa para sahabat yang masih sangat dini usia mereka diantaranya Abdullah bin Umar bin Al Khathab, Usamah bin Zaid, Zaid bin Tsabit, Abu Said Al Khudry dan beberapa sahabat muda lainnya, tak urung kesedihan pun tampak di wajah mereka dengan terpaksa mereka harus kembali ke Madinah.

Orang-orang munafikin melakukan penggembosan

Berdalih karena pendapatnya ditolak oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, tokoh munafik Abdullah bin Ubay bin Salul melakukan aksi penggembosan dalam tubuh pasukan Islam. Musuh Allah ini berhasil memprovokasi hampir sepertiga jumlah total pasukan, tidak kurang dari 300 orang kabur meninggalkan front jihad fisabilillah. ’Manusia bermuka dua’ ini memang sengaja melakukan aksi penggembosan ditengah perjalanan agar tercipta kerisauan di hati pasukan Islam sekaligus menyedot sebanyak mungkin kekuatan muslimin.

Strategi militer Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dan tugas pasukan

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam sang ahli strategi militer mengatur barisan pasukan dan membagi tugas serta misi mereka. Beliau menempatkan 50 pemanah di bukit Ainan bertugas sebagai sniper-sniper dibawah komando Abdullah bin Jubair bin Nu’man Al Anshary, Beliau memberi intruksi militer seraya bersabda :

Gempurlah mereka dengan panah-panah kalian!Jangan tinggalkan posisi kalian dalam kondisi apapun! Lindungi punggung-punggung kami dengan panah-panah kalian! Jangan bantu kami sekalipun kami terbunuh! Dan jangan bergabung bersama kami sekalipun kami mendapat rampasan perang!. Dalam riwayat Bukhari:jangan tinggalkan posisi kalian sekalipun kalian melihat burung-burung telah menyambar kami sampai datang utusanku kepada kalian!

Sesampainya di Uhud kedua pasukan saling mendekat, panglima kafir Quraisy Abu Sufyan berupaya memecah persatuan pasukan Islam, dia berkata kepada kaum Anshar: ”Biarkan urusan kami dengan anak-anak paman kami (Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dan kaum Muhajirin)! Maka kami tidak akan mengusik kalian, kami tidak ada kepentingan memerangi kalian!”

Akan tetapi, upaya Abu Sufyan tidak menuai hasil karena kokohnya keimanan kaum Anshar. Justru sebaliknya, mereka membalasnya dengan ucapan yang amat pedas yang membuat panas telinga orang yang mendengarnya.

Awal mula pertempuran

Thalhah bin Abi Thalhah Al Abdary pemangku panji perang kafir Quraisy, seorang yang dikenal sangat mahir dan pemberani maju menantang mubarazah (duel), secepat kilat Zubair Ibnul Awwam menerkam dan membantingnya, Thalhah tak berdaya melepas nafas terakhirnya dengan leher menganga. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bertakbir dan bertakbirlah kaum muslimin.

Bangkitlah Abu Syaibah Utsman bin Abi Thalhah mengibarkan kembali panji tersebut, dengan penuh kesombongan menantang duel, secepat kilat pula Hamzah bin Abdul Mutthalib menghantam pundaknya dengan sabetan pedang yang sangat kuat hingga menembus pusarnya tak ayal tangan dan pundaknya terlepas, Utsman tersungkur tak berdaya meregang nyawa. Berikutnya Abu Sa’ad bin Abi Thalhah mengambil panji tersebut namun seiring dengan itu anak panah Sa’ad bin Abi Waqash menembus kerongkongannya.

Musafi’ bin Abi Thalhah memberanikan diri mengangkat kembali panji Quraisy namun ia tewas mendadak tersambar runcingnya anak panah Ashim bin Tsabit bin Abul Aflah. Berikutnya Kilab bin Thalhah bin Abi Thalhah saudara kandung Musafi’ mengibarkan kembali panji itu namun ia segera roboh ketanah mengakhiri hidupnya setelah pedang Zubair bin Al Awwam menyambar badannya. Al Jallas bin Abi Thalhah segera menopang kembali menopang panji itu, namun sabetan pedang Thalhah bin Ubaidillah segera memecat nyawa dari tubuhnya. Keenam pemberani tersebut berasal dari satu keluarga kabilah Bani Abdi Dar.

Kemudian Arthah bin Syurahbil maju namun Ali bin Abi Thalib tak membiarkannya hidup lama menenteng panji dan langsung melibasnya, realita yg sungguh spektakuler, tidaklah seorang pun dari kaum musyrikin mengambil panji tersebut melainkan terenggut nyawanya hingga genap sepuluh orang menemui ajalnya disekitar panji perang musyrikin. Setelah itu tak ada seorang pun dari mereka yang bernyali mengambil panji yang tergeletak di bumi Uhud.

Perang pun Berkobar

Genderang perang semakin nyaring saja bunyinya, kucuran darah, ringkikan kuda, dencing suara pedang  beradu semakin menambah warna kental suasana bumi Uhud saat itu. Perang berkecamuk merata di setiap titik bak kobaran api menjalar membakar rerumputan kering, jagoan-jagoan Islam benar-benar menampakkan kehebatan dan kepiawaian mereka dalam putaran perang kali ini, militansi pasukan Islam merupakan buah dari kekuatan iman yang merasuk dan terpatri kuat dalam hati mereka, seakan-akan iman telah memenuhi setiap pembuluh darah mereka, kecilnya jumlah tak menciutkan nyali para pejuang demi tegaknya agama Allah subhanahu wa ta’ala di muka bumi. Mereka begitu yakin bahwa kematian tidak akan dipercepat dengan perang dan tidak pula diundur dengan meninggalkannya.

Bermodalkan iman dan semangat membaja mereka bertawakal kepada Rabbul Alamin menggadaikan nyawa mereka demi kenikmatan abadi disisi Allah subhanahu wa ta’ala –Al-Jannah (surga). Kala itu Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa sallam menawarkan sebilah pedang seraya bersabda,

”Siapa yang hendak mengambil pedang ini sesuai dengan haknya?” Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Az-Zubair bin Al-Awwam radhiyallahu ‘anhu dan sejumlah para shahabat bergegas maju, berizin untuk mengambil pedang itu. Namun, meski demikian, beliau  belum juga menyerahkannya kepada salah seorang pun hingga Abu Dujanah Simak bin Kharasyah radhiyallahu ‘anhu maju, sembari berujar, ”Apa hak pedang itu wahai Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa sallam?” ”Engkau sabetkan pada musuh sampai bengkok,” jawab beliau shallalallahu ‘alaihi wa sallam. “Aku yang akan mengambil dengan haknya, wahai Rasulullah,” pinta Abu Dujanah radhiyallahu ‘anhu. Barulah setelah itu, beliau shallalallahu ‘alaihi wa sallam memberikannya kepadanya.

Az-Zubair bin Al-Awwam radhiyallahu ‘anhu menuturkan: “Muncul dalam hatiku kekecewaan tatkala Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa sallam menolak permintaanku, Aku berkata dalam hatiku, ’Aku adalah anak bibi beliau Shafiyah bintu Abdul Muththalib. Aku dari bangsa Quraisy. Aku lebih dahulu meminta pedang itu, namun justru beliau memberikannya kepada Abu Dujanah dan menolakku. Demi Allah, aku akan perhatikan sepak terjang Abu Dujanah!’ Maka aku selalu mengikutinya. Mula-mula ia memakai surban merah. Kaum Anshar berkata, ’Apakah Abu Dujanah keluar dengan surban kematian?’ Ia pun keluar sembari mendendangkan syair-syair.”

Abu Dujanah radhiyallahu ‘anhu melibas setiap musuh yang menghadangnya, tidak ada satu musuh pun yang ia lewati melainkan menjadi seonggok mayat, ia menggempur, menyibak barisan musuh sampai menembus pertahanan Quraisy paling belakang yaitu barisan prajurit wanita Quraisy. Kalau bukan karena kemuliaan pedang Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa sallam untuk membunuh seorang wanita, tentunya kepala Hindun bintu Utbah telah lepas dari badannya. Namun Abu Dujanah radhiyallahu ‘anhu menarik pedang yang sudah berada tepat diatas kepala Hindun (sebelum masuk Islam), ia menghindar dan meninggalkan komandan pasukan wanita Quraisy itu sembari berkata, ”Allah subhanahu wa ta’ala dan RasulNya lebih mengetahui.”

Gugurnya Paman Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa sallam Hamzah bin Abdul Muthalib radhiyallahu ‘anhu sebagai Syahid

Hamzah bin Abdul Muththalib radhiyallahu ‘anhu seorang yang menghabiskan waktu dan tenaganya untuk membela Islam, orang yang tidak pernah merasa takut melawan kezhaliman, pemberani dan mahir dalam perang menggempur jantung pertahanan musuh bak singa jantan menerkam mangsa, mengamuk, menumbangkan setiap lawan tanpa hambatan, musuh kocar-kacir bak daun-daun kering diterpa angin. Singa Allah subhanahu wa ta’ala dan Singa RasulNya ini tak membiarkan satu lawan pun kecuali terlibas olehnya, namun tanpa ia sadari tiba-tiba sebuah lembing tajam milik Wahsyi bin Harb (yang pada waktu itu belum masuk Islam) telah lama mengintainya, menusuk dan merobek perutnya. Ia gugur sebagai syahid.

Abu Bakar, Umar bin Al-Khathab, Sa’ad bin Abi Waqash dan seluruh pasukan Islam radhiyallahu ‘anhum mengerahkan segala keberanian menggempur dan memporak-porandakan pertahanan lawan yang semakin rapuh. Pasukan Quraisy kalang-kabut tak mampu memberi perimbangan terhadap serangan pasukan Islam. Barisan musuh semakin kacau-balau. Tak pelak, mereka lari centang-perenang meninggalkan medan laga, dan lalai dengan ambisi buruk yang selama ini mereka impikan. Prajurit wanita Quraisy lari terbirit-birit ke perbukitan sembari menyingsingkan pakaian hingga tersingkap betis-betis mereka.

Begitulah Allah subhanahu wa ta’ala selalu memberi pertolongan kepada hamba-hambaNya selama mereka menolong agamaNya.

Kesalahan Fatal Pasukan Pemanah

Kaum muslimin unggul diatas angin menguasai medan laga. Tak ada perlawanan yang berarti dari Quraisy, mereka lari terbirit-birit meninggalkan harta benda yang melimpah. Kaum muslimin merasa telah keluar sebagai pemenang. Rasanya tak ada pekerjaan lain, kecuali sibuk mengumpulkan harta rampasan perang yang tercecer. Mulailah kecintaan terhadap dunia menghinggapi hati sebagian besar pasukan pemanah. Mereka khawatir akan tidak mendapat bagian rampasan perang. Mereka meninggalkan bukit strategis itu dan lalai terhadap wasiat Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa sallam. Komandan pasukan pemanah, Abdullah bin Jubair Al-Ansharyradhiyallahu ‘anhu, mengingatkan mereka seraya berkata,

“Lupakah kalian dengan wasiat Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa sallam?”

Namun apa daya, mereka tak mengindahkan nasehat sang komandan. Empat puluh orang pasukan turun meninggalkan tugas inti mereka.

Kini pertahanan inti kaum muslimin dalam kondisi rawan. Jantung pertahanan pasukan Islam melemah tanpa mereka sadari. Kholid bin Al-Walid, salah satu komandan pasukan berkuda Quraisy, tak membiarkan kesempatan emas itu lewat begitu saja. Panglima perang yang tidak pernah kalah dalam setiap pertempuran baik ketika masih kafir maupun setelah masuk Islam itu secepat kilat memutar haluan arah pasukan kuda Quraisy. Ia memacu kudanya dengan segala ambisi merebut posisi paling strategis, yaitu bukit para pemanah. Musuh menyergap dan mengepung sisa pasukan pemanah. Para pemanah tak kuasa menghalau serangan mendadak itu. Sepuluh orang pemanah gugur satu persatu fi sabilillah berjumpa dengan Allah subhanahu wa ta’ala –semoga Allah ‘azza wa jalla meridhai mereka semua–.

Kuda Kholid bin Walid meringkik dengan suara yang dikenali pasukan Quraisy. Seorang wanita Quraisy, ’Amrah Al-Haritsiyyah, memungut dan mengibarkan kembali panji perang yang tergeletak sejak awal pertempuran. Quraisy bersatu dan bangkit semangat mereka untuk menyerang balik. Mereka mengepung kaum muslimin dari dua arah. Posisi kaum muslimin terjepit dan dengan mudah mereka membantai para mujahidin. Kini musuh mampu menguasai bukit. Kemudian mereka merangsek menyerang sisa pasukan Islam yang lain. Posisi mereka seakan berada diantara gigi-gerigi mesin penggilas. Pertahanan kaum muslimin semakin rapuh. Kondisi berubah seketika.

Barisan pasukan Islam semakin kacau balau. Susah membedakan antara kawan dan lawan. Bahkan ada diantara mereka yang saling menyerang karena gaduh dan gawatnya kondisi. Ayah Hudzaifah Ibnul Yaman radhiyallahu ‘anhuma pun menjadi korban salah sasaran.

Kabar dusta kematian Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa sallam

Mush’ab bin Umair radhiyallahu ‘anhu, duta Islam pertama di Madinah, salah satu pemegang panji komando, tewas di tangan Ibnu Qim’ah. Setelah berhasil membunuhnya, ia berteriak, ”Muhammad telah tewas!” karena menyangka bahwa Mush’ab bin Umair radhiyallahu ‘anhu adalah Rasulullahshallalallahu ‘alaihi wa sallam. Memang Mush’ab adalah seorang shahabat yang bentuk fisik dan perawakannya sangat mirip dengan Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa sallam. Teriakan itu kontan membuat semangat para shahabat radhiyallahu ‘anhum turun drastis. Di sisi lain, serangan Quraisy semakin membabi buta terhadap pasukan Islam hingga terbunuh sejumlah shahabatradhiyallahu ‘anhum.

Jiwa pasukan Islam lemah tak tahu kemana mereka akan melangkah. Sebagian mereka terduduk tak tahu apa yang ditunggu, bahkan sebagian mereka berpikir untuk menghubungi Abdullah bin Ubay bin Salul –salah satu tokoh munafiqin– guna meminta perlindungan keamanan dari Abu Sufyan (yang ketika itu belum masuk Islam).

Kala itu Anas bin An-Nadhri  radhiyallahu ‘anhu melewati mereka seraya berkata,

”Apa yang kalian tunggu?” Mereka berkata, ”Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa sallam telah terbunuh,” jawab mereka lemas. ”Apa yang kalian pikirkan terhadap kehidupan sepeninggal beliau?! Bangkit dan matilah kalian diatas matinya Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa sallam!” Lalu ia berkata, ”Ya Allah, aku meminta udzur atas sikap mereka (muslimin), dan aku berlepas diri dari perbuatan mereka (musyrikin).” Lalu ia maju ke arah musuh. ”Hendak kemana engkau, wahai Abu Umar?” tanya Sa’ad bin Mu’adz radhiyallahu ‘anhu. “Sungguh aku mencium bau Al-Jannah (surga) di bawah Uhud, wahai Sa’ad!” ujarnya. Lalu ia maju menyerang musuh sampai gugur dengan lebih dari delapan puluh luka di badannya. Tidak ada yang dapat mengenali jenazahnya kecuali saudarinya yang mengenali jari-jemarinya.

Tsabit bin Ad Dihdah radhiyallahu ‘anhu menyeru,

“Wahai orang-orang Anshar, kalaupun Muhammad telah mati, maka Allah tidak akan pernah mati! Beperanglah atas nama agama kalian, niscaya Allah menolong kalian!” Majulah sekelompok orang dari Anshar menyerang pasukan Khalid bin Walid namun semuanya gugur fi sabilillah.

Setelah terbunuhnya Mush’ab radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa sallammemberikan panji perang pada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Ia pun menyerang musuh bersama sejumlah shahabat radhiyallahu ‘anhum dan telah menghabiskan segala kemampuan.

Jagoan Quraisy menjadikan Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa sallam sebagai target operasi utama. Beliau shallalallahu ‘alaihi wa sallam hanya didampingi sembilan orang shahabat radhiyallahu ‘anhum. Adapun pasukan muslimin yang lain tercerai-berai. Beliau shallalallahu ‘alaihi wa sallammenyeru para shahabat dengan teriakan, ”Kemarilah! Aku adalah Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa sallam.”

Namun, kaum musyrikin lebih dahulu mendengarnya, secepat kilat mencari sumber suara, dan disitulah mereka mendapatkan manusia mulia yang selama ini mereka berambisi besar untuk membunuhnya. Gugur tujuh orang, yang kesemuanya dari kalangan Anshar, dari sembilan orang shahabat yang melindungi Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun dua orang yang tersisa adalah dari kalangan Muhajirin, Thalhah bin Ubaidillah dan Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhuma.

Saat itu, musuh dengan leluasa menyerang  Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa sallam. Utbah bin Abi Waqqash melukai bibir beliau shallalallahu ‘alaihi wa sallam dengan lemparan batu. Abdullah bin Shihab Az-Zuhry menciderai pipi beliau shallalallahu ‘alaihi wa sallam. Abdullah bin Qim’ah menyabetkan pedangnya pada pundak beliau shallalallahu ‘alaihi wa sallam, yang menyebabkan rasa sakit lebih dari sebulan, namun sabetan tersebut tidak berhasil menembus baju besi beliaushallalallahu ‘alaihi wa sallam. Tak puas dengan itu, Abdullah menyabetkan kembali pedangnya tepat di pipi beliau shallalallahu ‘alaihi wa sallam.

”Rasakan ini! Aku adalah Ibnu Qim’ah!” teriak Abdullah bin Qim’ah bengis. Topi besi beliaus hallalallahu ‘alaihi wa sallam rusak. Pecahan rantainya menembus pipi  hingga pecah gigi seri beliau shallalallahu ‘alaihi wa sallam. Tak ayal darah membasahi wajah suci manusia termulia itu shallalallahu ‘alaihi wa sallam. Thalhah bin Ubaidillah dan Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhuma menghabiskan tenaga melindungi Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa sallam hingga putus beberapa jari-jemari Thalhah radhiyallahu ‘anhu.

Akhir Pertempuran

Jumlah korban kaum muslimin dalam periode perang kali ini memang lebih banyak dibanding jumlah korban kaum musyrikin. Oleh karena itu, mayoritas ahli sejarah menyatakan bahwa kaum muslimin mengalami kekalahan dalam pertempuran Uhud.

Hikmah yang Terkandung di dalamnya :
  • Memahamkan kepada kaum muslimin betapa buruknya akibat kemaksiatan dan mengerjakan apa yang telah dilarang Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu ketika barisan pemanah meninggalkan pos-pos mereka yang sudah ditetapkan oleh Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa sallam.
  • Sudah menjadi kebiasaan bahwa para Rasul ‘alaihimus salam juga menerima ujian dan cobaan, yang pada akhirnya mendapatkan kemenangan. Di antara hikmahnya, apabila mereka senantiasa mendapatkan kemenangan, tentu orang-orang yang tidak pantas akan masuk ke dalam barisan kaum mukminin sehingga tidak bisa dibedakan mana yang jujur dan benar; dan mana yang dusta. Sebaliknya, kalau mereka terus-menerus kalah, tentulah tidak tercapai tujuan diutusnya mereka. Sehingga sesuai dengan hikmah-Nya terjadilah dua keadaan ini.
  • Ditundanya kemenangan pada sebagian pertempuran, adalah sebagai jalan meruntuhkan kesombongan diri. Maka ketika kaum mukminin diuji, lalu mereka sabar, tersentaklah orang-orang munafiqin dalam keadaan ketakutan.
  • Allah subhanahu wa ta’ala mempersiapkan bagi hamba-Nya yang beriman tempat tinggal di negeri kemuliaan-Nya yang tidak bisa dicapai oleh amalan mereka. Dia tetapkan beberapa sebab sebagai ujian dan cobaan agar mereka sampai ke negeri tersebut.
  • Bahwasanya syahadah (mati syahid) termasuk kedudukan tertinggi bagi para wali Allahsubhanahu wa ta’ala.
  • Perang Uhud ini seakan-akan persiapan menghadapi wafatnya Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa sallam. Allah subhanahu wa ta’ala meneguhkan mereka, dan mencela mereka yang berbalik ke belakang, baik karena Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa sallam terbunuh atau meninggal dunia.
  • Hikmah lain adalah adanya pembersihan terhadap apa yang ada di dalam hati kaum mukminin. (Lihat Fathul Bari, 7/433).

Perang Badar


Sejarah Perang Badar, menurut riwayat Abu Ishaq, Rasulullah keluar bersama 314 orang sahabatnya pada suatu malam di bulan Ramadhan dengan membawa 70 ekor unta. Setiap unta ditunggangi secara bergantian oleh duA atau tiga orang. Kaum muslimin tidak mengetahui keberangkatan bala bantuan Quraisy yang keluar dari Mekah dengan tujuan perang. Pada saat itu, Abu Sofyan berhasil lolos menyusuri mata air Badar dengan melewati jalanan panjang menuju Mekah.

Rasulullah SAW beserta para sahabat berjalan menuju Badar dan langsung mengambil posisi yang menguntungkan. Setelah orang-orang musyrik muncul dan kedua pihak saling melihat, beliau berdiri memohon pertolongan kepada Allah, diikuti sahabat lainnya dengan penuh ikhlas dan rendah diri di hadapanNya. Ketika dua pasukan semakin mendekat, Rasulullah berdiri di tengah kaum muslimin untuk menyampaikan nasihat dan mengingatkan kemenangan yang tak akan lama lagi diraih. Beliau juga mengabarkan, bahwa Allah menjanjikan masuk surga, bagi siapapun yang syahid di jalanNya.

Pada peperangan ini, diriwayatkan bahwa Rasulullah senantiasa terus memperbanyak doa, dengan penuh ketundukan dan khusyu’, sehingga Abu Bakar iba melihat beliau seraya berkata “Ya Rasulullah, demi diriku yang berada di tanganNya, bergembiralah! Sesungguhnya Allah pasti akan memenuhi janjiNya kepadaMu.” Salah satu dari doa beliau, “Ya Allah, inilah orang-orang Quraisy yang datang dengan kecongkakan dan kesombongannya untuk mendustakan RasulMu. Ya Allah, tunaikanlah kemenangan yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, kalahkan mereka esok hari…”

Pertempuran dimuali pada pagi hari tahun kedua hujriyah. Rasulullah mengambil seganggam krikil dan melemparakannya ke arah kaum musyrik seraya berkata, “Hancurlah wajah-wajah mereka!” sehingga menimpa mata semua pasukan Quraisy. Allah pun mendukung kaum mukmin dengan bala bantuan berupa Malaikat. Akhirnya, kemenangan besar diraih kaum muslimin. Ada 70 musyrikin yang terbunuh dan 70 orang yang tertawan, sedangkan ada 14 orang dari kaum mukminin yang mengapai syahid.
 
Bentuk Pertolongan Allah Dalam Perang Badar

Sesungguhnya betapa banyak dan besarnya pertolongan yang Allah berikan bagi pasukan Rasulullah Saw. dalam perang Badar. Betapa janji Allah selalu benar, bahwa Allah Swt. pasti akan menolong hambaNya yang menolong agamaNya. Sejarah telah mencatat rahmat Allah yang menyertai orang-orang yang beriman. Kemenangan sejati selalu ada ketika ia bersandingan dengan iman. Berikut adalah beberapa hal yang menyokong kemenangan yang diraih kaum muslimin.
Sejarah telah mencatat rahmat Allah yang menyertai orang-orang yang beriman. Kemenangan sejati selalu ada ketika ia bersandingan dengan iman.

1.    Pasukan Malaikat
Abdullah bin Abbas meriwayatkan bahwa ketika seorang sahabat mengejar dengan gigih seorang musyrik yang ada di depannya, tiba-tiba ia mendengar suara pukulan dan suara penunggang kuda yang menghentakkan kudanya. Lalu sahabta tersebut melihat orang musyrik itu jatuh tewas terkapar dengan keadaan hidung dan wajahnya terluka berat akibat pukulan keras. Hal tersebut ia ceritaka kepada Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Kau benar, itu adalah pertolongan Allah dari langit ketiga.” (H.R.Bukhari dan Muslim)

Kemenangan pada perang Badar menjadi pesta di kalangan para malaikat karena peristiwa ini adalah pertama kalinya mereka diizinkan terjun ke gelanggang perang di bawah komando Jibril dengan seribu pasukan malaikat pilihan.

“Sesungguhnya Aku akan mendatangkan kepadamu bala bantuan dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” (Q.S.An Anfal:9)

Para Malaikat yang terlibat dalam Perang Badar memiliki kemuliaan di antara semua malaikat. Rafi’ah bin Rafi’ Az Zarqi mengatakan, “Jibril berkata kepada Nabi SAW dan berkata: Bagaimana kalian menganggap veteran Badar di antara kalian? Rasulullah manjawab: Termasuk muslimin yang paling mulia. Jibril berkata: demikian pula malaikat yang mengikuti perang Badar.”

2.    Allah Meneguhkan Hati  


“Dan Allah tidak menjadikan (bantuan bala tentara malaikat itu) melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tentram karenanya. Dan kemenangan itu hanya dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa Maha Perkasa. (Q.S.Al Anfal:10)

3.    Rasa Kantuk dan Turunnya Hujan
               
“Sesungguhnya Allah manjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penentraman dariNya dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk membersihkanmu. Karena dengan air hujan itu, Allah Swt. menghilangkan gangguan syetan darimu dan menguatkan hatimu serta memperteguh  kedudukanmu.” (Q.S.Al Anfal:11)

Rasa kantuk yang melanda para mujahid Badar merupakan salah satu nikmat. Mengapa demikian? Karena situasi perang tidak kondusif untuk tidur, guna mengembalikan energi, maka rasa kantuk menjadi suatu terapi dari suasana yang tegang dan mencekam. Karena malam hari bagi kaum musyrikin adalah untuk bersenang-senang, sementara kaum mslimin dikaruniakan rasa kantuk sebagai rangsangan tidur untuk memulihkan kembali tenaga.

Saat itu pun turun hujan baik di tempat kaum muslim maupun kafir. Hal ini berdampak nikmat bagi kaum muslim tetapi menjadi siksaan dan kendala bagi kaum kafir. Contohnya, tanah kaum muslim menjadi padat dan tidak berdebu sehingga menjadi kokoh diinjak dan tidak mengganggu pandangan. Hujan menjadi salah satu bantuan dalam bentuk rahmat yang Allah Swt. turunkan kepada kaum mu’minin dalam pertempuran Badar itu, selain  jundun min jundillah atau tentara Allah, sepertia para malaikat yang Allah turunkan untuk mengacaukan pasukan kaum Musyrikin.

Rasulullah saw. dan generasi awal umat ini benar-benar menyadari, bahwa masyarakat paganis ekstrim dari keturunan Quraisy dan semua kelompok yang sejenis dengannya tidak akan pernah membiarkan umat Islam memiliki kebebasan menjalankan Syari’atnya di Kota Yatsrib, setelah sebelumnya mereka diusir beramai-ramai dari Kota Makkah. Dari itu, umat Islam pun mempersiapkan segalanya.
Di Kota Madinah kaum Muslimin mempersiapkan diri dengan membangun kekuatan dengan cara selalu berlatih berperang, agar mereka tidak lagi dilecehkan orang-orang musyrik dan juga kabilah-kabila Yahudi. Sadar akan kekuatan Islam yang selama ini tersebunyi. Hal ini menggetarkan musuh, sehingga musuh tidak menyerang umat Islam di Kota Madinah. Bahkan dengan kekuatan yang dimiliki kaum muslimin ini, masyarakat Quraisy paham bahwa orang-orang Muhajirin yang selama ini lari dari tekanan dan penindasannya, bukan lagi pada posisi yang lemah dan hina. Namun kini mereka telah berubah menjadi satu komunitas yang kuat, dan mampu menggetarkan mereka. Dari itu pasukun Rasululah  patut diperhitungkan.

Latihan dan Persiapan Berkala

Rasulullah saw. segera melatih para sahabatnya dan mengutus mereka untuk melakukan pengintaian di sekitar Kota Madinah secara berkala. Tujuannya adalah sebagai latihan, eksplorasi, dan persiapan peperangan. Beberapa tugas yang pernah beliau delegasikan kepada para sahabat antara lain:

1.   Pasukan yang dipimpin oleh Hamzah bin ‘Abdul Muththalib. Mereka sebanyak 30 orang penunggang kuda dari kalangan Muhajirin. Pasukan ini ditugaskan berpatroli mengawasi wilayah dari penyelusupan kaum Musyrikin, hingga meliwati daerah Al-‘Iish di tepi laut.

2.  Pasukan yang dipimpin oleh ‘Ubaidah bin Harits. Mereka sebanyak 60 orang penunggang kuda dari kalangan Muhajirin sampai ke daerah Raabigh.

3.  Pasukan yang dipimpin oleh Sa’d bin Abi Waqqash, dengan kekuatan pengintai berjumlah 80 orang Muhajirin dan bertugas sepanjang jalan yang menghubungkan Makkah dan Madinah.

4.  Perang Wuddan. Pasukan yang langsung di bawah pimpinan Rasulullah saw. berjumlah 200 orang penunggang kuda, onta dan pejalan kaki,  berjalan memantau wilayah kekuasaan hingga daerah Wuddan. Dalam menjalankan tugas pengawasan wilayah yang dipimpin langsung oleh Rasulullah terjadi Peperangan Wudan. Pada peperangan ini Rasulullah saw. mengadakan perjanjian dengan Bani Dhamrah. Salah satu tujuan peperangan ini adalah untuk membangun sebuah aliansi dengan kabilah-kabilah yang selama ini menguasai jalur yang menghubungkan antara Kota Makkah dan Madinah.

5.    Perang ‘Usyairah. peperangan dengan jumlah pasukan sebanyak 200 orang penunggang dan pejalan kaki di bawah kepemimpinan Rasulullah saw. Tujuan dari peperangan ini adalah untuk menunjukkan kekuatan kaum muslimin di hadapan orang-orang musyrikin serta membangun kesepahaman dengan kabilah-kabilah yang terdapat di daerah jalur perdagangan orang Quraisy di antara Kota Makkah dan Madinah.

6.    Perang Buwaath. Peperangan dengan jumlah pasukan sebanyak 200 orang penunggang dan pejalan kaki di bawah kemimpinan Rasulullah saw. Tujuannya adalah untuk bisa sampai ke daerah Buwaath dari sisi gunung Radhwa ke jalur perdagangan Quraisy di antara kota Makkah dan Madinah, selain untuk menekan kegiatan perdagangan mereka.

7.    Pasukan di bawah pimpinan ‘Abdullah bin Jahsy. Pengintaian berkekuatan delapan orang dari kalangan Muhajirin. Bersama itu, ‘Abdullah membawa sepucuk surat dari Rasulullah saw. Beliau berpesan untuk tidak membuka surat tersebut kecuali dua hari setelah mereka melakukan perjalanan. Ketika surat itu dibuka, di dalamnya terdapat tulisan, ”Jika engkau telah membaca surat ini, maka teruslah berjalan hingga engkau sampai di sebuah pohon kurma yang terletak di antara Makkah dan Thaif. Lalu perhatikan gerak-gerik orang Quraisy dan berikan informasinya kepada kami.” Abdullah segera berangkat hingga akhirnya ia sampai di sebuah pohon kurma. Sebuah kafilah Quraisy lewat dan langsung di serang oleh kaum muslimin. Pada peperangan ini, orang-orang musyrikin yang tewas antara lain ‘Amr bin Hadhrami, sementara kaum muslimin berhasil menawan dua orang dari kalangan musyrikin, namun yang keempat berhasil melarikan diri.

8.    Perang Badar Pertama. Prediksi Rasulullah saw. dan para sahabat tentang kaum musyrikin benar-benar menjadi sebuah kenyataan. Tak lama setelah beliau menetap di Kota Madinah, orang-orang musyrikin di bawah pimpinan Karz bin Jabir Al-Fihry melakukan penyerangan terhadap ladang pengembalaan hewan milik orang Madinah dan merampas beberapa ekor unta dan kambing milik kaum muslimin. Rasulullah Saw. pun segera bergerak untuk mengusir agresor tersebut dan merebut kembali unta maupun kambing milik kaum muslimin yang sempat mereka rampas. Pasukan perang kaum muslimin di bawah pimpinan Rasulullah Saw. ketika itu bergerak sampai ke daerah Wadi Sufyan, dekat dengan Badar. Namun demikian mereka tidak dapat mengejar agresor musyrikin sehingga mereka pun harus kembali tanpa ada peperangan.

Latar Belakang Perang Badar Kubra

Perang Badar yang meletus antar kaum muslimin dan orang-orang musyrik dipicu oleh beberapa sebab, di antaranya:

1. Pengusiran Kaum Muslimin dari Kota Makkah

Genderang perang terhadap kaum muslimin, sebenarnya sudah ditabuh oleh orang-orang musyrikin sejak Rasulullah Saw. menyampaikan risalah dakwah. Mereka telah melakukan penyiksaan terhadap kaum muslimian dan merampas harta benda para sahabat nabi di kota Makkah. Perlakukan mereka terhadap orang-orang Muhajirintidak lagi mengenal prikemanusiaan. Mereka rampas rumah dan kekayaan kaum Muhajirin. Orang Islam pun melarikan diri dan menukarnya dengan keridhoan Allah Swt. Kita dapat melihat sendiri bagaimana orang kafir Quraisy merampas dan menguasai harta benda Shuhaib sebagai imbalannya, Shuhaib diizinkan untuk berhijrah ke Madinah. Kita pun dapat menyaksikan bagaimana mereka menduduki rumah-rumah dan peninggalan kaum muslimin yang ditinggal oleh pemiliknya. Dan kejadian 15 abad yang lalu tak ubahnya seperti yang sedang mereka lakukan di Palestina, Afganistan, Irak dan negara-negara Islam lainnya.

2. Penindasan Terhadap Umat Islam Hingga Kota Madinah

Apa yang dilakukan orang Quraisy terhadap umat Islam, ternyata tidak hanya ketika mereka berada di Kota Makkah. Di bahwa pimpinan Kurz bin Habbab Al-Fihri, mereka memprovokasi kaum musyrikin lainnya untuk menyerang, menteror, dan menguasai harta benda milik kaum muslimin yang ada di Kota Madinah (sebagaimana yang terjadi pada Perang Badar Shughra). Oleh karena itu, sudah sewajarnya apabila orang-orang musyrik menerima balasan atas semua permusuhan dan penindasan mereka terhadap umat Islam selama ini. Mereka begitu sadar, bahwa banyak kepentingan dan hasil perdagangan mereka yang akan berpindah ke tangan orang-orang Islam di sana, selain bahwa kini Islam telah memiliki pasukan dan wilayah yang mampu memberikan perlawanan atas kewenang-wenangan, menegakkan kebenaran dan menumbangkan kebatilan meskipun orang-orang yang berhati durjana tidak menyukainya.

3. Memberi Pelajaran Kepada Quraisy

Oleh karena itu, begitu Rasulullah saw. mendengar bahwa kafilah dagang Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb dan ‘Amr bin Al-‘Ash bersama 40 orang bergerak dari Syam membawa harta orang-orang Quraisy yang keseluruhannya mencapai seribu ekor unta, maka beliau pun segera mengajak kaum muslimin untuk bergerak mendatanginya. Rasulullah saw. mengatakan, ”Ini adalah perdagangan Quraisy. Maka keluarlah kalian, semoga Allah swt. akan memberikannya kepada kalian.” Mendengar seruan ini, sebagian kaum muslimin menyambutnya sementara yang lainnya merasa sedikit berat dengannya. Mereka menggangap bahwa ketika itu Rasulullah saw. tidak bermaksud mengumandangkan sebuah peperangan. Karena beliau mengatakan, ”Barangsiapa yang saat ini memiliki tunggangan, maka hendaklah ia ikut bersama kami.” Beliau tidak menunggu sahabat yang tunggangannya tidak ada pada saat itu.

Hasil Perang Badar

Perang Badar (dengan seluruh hasil yang ia torehkan bagi sejarah harakah Islamiah maupun sejarah umat manusia seluruhnya) telah menjadi sebuah pelajaran yang sangat jelas sekali bagi harakah Islamiah maupun bagi perjalanan sejarah ke depan. Allah swt. menyebut hari itu dengan nama “yaumul furqan yaum iltaqa al-jam’an” atau hari pembeda, hari dimana dua kekuatan bertemu. Peperangan ini sendiri memberikan beberapa buah hasil penting antara lain:

1.    Perang Badar merupakan pembatas di antara dua ikatan dan menjadi pembeda antara yang haq dan yang bathil. Kekuatan umat Islam semakin kuat sehingga dataran Arab pun turut memperhitungkannya. Kebenaran muncul di permukaan dengan rambu-rambu akidah dan prinsip-prinsip dasar yang dibawanya.

2.    Tergoncangnya kedudukan Quraisy di mata orang Arab serta kegalauan penduduk Makkah di hadapan tamparan yang tak diduga tersebut.

3.     Tampilnya umat Islam sebagai sebuah kekuatan yang memiliki arti dan pengaruh. Hal ini menyebabkan banyak kabilah yang tinggal di sepanjang jalur Makkah dan Syam membuat perjanjian kesepakatan dengan mereka. Dengan demikian kaum muslimin sudah berhasil menguasai jalur tersebut.

4.    Sebelum Perang Badar meletus, kaum muslimin mengkhawatirkan keberadaan orang-orang non muslim yang tinggal di kota Madinah. Namun setelah mereka kembali ternyata kenyataannya justru sebaliknya.

5.    Semakin bertambahnya kebencian orang-orang Yahudi terhadap umat Islam. Sebagian mereka mulai menunjukkan permusuhannya secara terang-terangan. Sementara yang lainnya menjadi agen yang membawa berita seputar perihal kaum muslimin kepada orang-orang Quraisy serta memprovokasi mereka untuk menyerang umat Islam.

6.    Aktivitas perdagangan Quraisy menjadi semakin sempit. Akhirnya mereka terpaksa menapaki jalur Irak melalui Najd karena takut apabila dikuasai oleh orang-orang islam. Dan jalur ini merupakan jalur yang panjang.

7.    Pada Perang Badar, 14 orang dari kalangan umat Islam gugur sebagai syuhada; 6 orang dari kalangan Muhajirin dan 8 orang dari kalangan Anshar. Sementara dari pihak orang musyrikin tewas sebanyak 70 orang dan 70 orang lagi berhasil ditawan. Kebanyakan dari mereka adalah pemuka dan pembesar Quraisy.

Muroji’
1.    Tafsir Al Munir Fi al Aqiidati Wa syari’ati wa minhaji
2.    Tahdzib Sirah Ibnu Hisyam,
3.    .Ar-Raudh al Anf ; 2/32-38

Monday 16 June 2014

10 Sahabat Rasulullah Dijamin Masuk Surga

Sahabat Nabi SAW adalah manusia manusia mulia dan dimuliakan Allah. Sahabat Nabi saw adalah mereka yang hidup di zaman Nabi saw, mengenal dan melihat langsung beliau, membantu perjuangan beliau dan meninggal dalam keadaan beriman. Jumlah sahabat Nabi saw sangat banyak dan tak terhitung. Dalam kitab ”Rijal Haula Ar-Rasul” oleh Khalid Muhammad Khalid disebutkan bahwa para sahabat Nabi saw yang paling utama jumlahnya lebih dari 60, yakni mereka yang sangat dekat dengan Nabi saw. Mereka disebut pengikut atau murid yang dekat dengan Nabi saw. Mereka mempunyai status atau kedudukan yang penting dalam dunia Islam, karena mereka adalah pengikut Nabi yang banyak memberi andil dalam da’wah Nabi saw.

Tingkatan atau derajat sahabat Nabi saw menurut para ulama terbagi dalam beberapa tingkatan, yaitu:  pertama, para sahabat yang masuk Islam di Mekkah sebelum melakukan hijrah seperti Khulafa’ur Rasyidin yaitu 4 khalifah Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali ra. Kedua, sahabat yang dijamin masuk surga. Ketiga, para sahabat yang ikut serta pada perang Badar. Keempat, para sahabat yang ikut serta pada perang Uhud. Kelima, para sahabat yang ikut serta pada bai’at Ridhwan. Dan keenam adalah sahabat sahabat lainnya yang jumlah mereka tidak sedikit. 

Kepastian para 10 sahabat nabi saw masuk surga banyak sekali disebut dalam hadits shahih. Semua hadits itu wajib diimani. Diantaranya hadits dari Abduurahman bin ‘Auf ra berkata bahwa Nabi saw bersabda, “Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Az-Zubair di surga, Abdurrahman bin ‘Auf di surga, Sa’d bin Abi Waqqash di surga, Said bin Zaid bin ‘Amru bin Nufail di surga, dan Abu ‘Ubaidah ibnul Jarrah di surga.” (HR At-Tirmizy dan Al-Baghawi dalam Al-Mashabih fil Hisan)

1. Abu Bakar Siddiq ra.
Beliau adalah khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah Saw. Selain itu Abu bakar juga merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam, pengorbanan dan keberanian beliau tercatat dalam sejarah, bahkan juga didalam Quran (Surah At-Taubah ayat ke-40),
”Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”Abu Bakar Siddiq meninggal di Madinah dalam umur 63 tahun, dari beliau diriwayatkan 142 hadits. Dimakamkan dekat dengan makan Nabi saw.

2. Umar Bin Khatab ra.
Beliau adalah khalifah ke-dua sesudah Abu Bakar, dan termasuk salah seorang yang sangat dikasihi oleh Nabi saw semasa hidupnya. Sebelum memeluk Islam, beliau merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum Muslimin. Setelah masuk islam, ia menjadi salah satu benteng Islam. Pada masa kekhalifaannya, Islam berkembang luas, kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukkannya dalam waktu hanya satu tahun. Beliau meninggal dibunuh oleh Abu Lulu Al-Majusi di Madinah dalam umur 64 tahun. Dimakamkan dekat dengan Nabi saw

3. Usman Bin Affan ra.
Khalifah ketiga setelah wafatnya Umar ra, pada pemerintahannya seluruh tulisan-tulisan wahyu yang pernah dicatat oleh sahabat semasa Rasul hidup dikumpulkan, kemudian disusun menurut susunan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw sehingga menjadi sebuah kitab (suci) yang disebut Mushaf Utsami sebagaimana yang kita dapati sekarang. Beliau meninggal dalam umur 82 tahun  dan dikuburkan di Baqi’.

4. Ali Bin Abi Thalib ra.
Merupakan khalifah keempat, beliau terkenal dengan siasat perang dan ilmu pengetahuan yang tinggi. Selain Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib juga terkenal keberaniannya didalam peperangan. Orang pertama yang beriman dalam usia kanak kanak. Beliau sudah mengikuti Nabi saw sejak kecil dan hidup bersama sama dalam satu rumah sampai Rasulallah saw diangkat menjadi Nabi dan Rasul hingga wafatnya. Ali Bin Abi Thalib ra meninggal dalam umur 64 tahun dan dikuburkan di Koufah, Irak sekarang.

5. Thalhah Bin Abdullah ra.
Masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq ra, selalu aktif disetiap peperangan selain Perang Badar. Didalam perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah Saw sehingga terhindar dari musuh, sehingga putus jari-jarinya. Ia gugur dalam Perang Jamal dimasa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib dalam usia 64 tahun, dan dimakamkan di Basrah.

6. Zubair Bin Awaam
Memeluk Islam juga karena Abu Bakar Siddiq ra, ikut berhijrah sebanyak dua kali ke Habasyah dan mengikuti semua peperangan. Beliau pun gugur dalam perang Jamal dan dikuburkan di Basrah pada umur 64 tahun.

7. Sa’ad bin Abi Waqqas
Mengikuti Islam sejak umur 17 tahun dan mengikuti seluruh peperangan bersama Nabi saw, pernah ditawan musuh lalu ditebus oleh Rasulullah sewaktu perang Uhud. Meninggal dalam usia 70 (ada yang meriwayatkan 82 tahun) dan dimakamkan di Baqi’.

8. Sa’id Bin Zaid
Sudah masuk Islam sejak kecilnya, mengikuti semua peperangan bersama Nabi saw kecuali Perang Badar. Beliau bersama Thalhah Bin Abdullah pernah diperintahkan oleh Rasul saw untuk memata-matai gerakan musuh (Quraish). Meninggal dalam usia 70 tahun dimakamkan di Baqi’.

9. Abdurrahman Bin Auf
Memeluk Islam sejak kecilnya melalui Abu Bakar Siddiq dan mengikuti semua peperangan bersama Rasul saw. Turut berhijrah ke Habasyah sebanyak 2 kali. Meninggal pada umur 72 tahun (ada yang meriwayatkan 75 tahun), dimakamkan di baqi’.

10. Abu Ubaidillah Bin Jarrah
Masuk Islam bersama Usman bin Math’uun, turut berhijrah ke Habasyah pada periode kedua dan mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah saw. Meninggal pada tahun 18 H di Yordan (Syam) karena penyakit pes, dan dimakamkan di Yordan yang sampai saat ini makamnya masih sering diziarahi oleh kaum Muslimin. 

(* Untuk membaca sejarah mereka lebih lengap silahkan lihat kitab ”Rijal Haula ar-Rasul” oleh Khalid Muhammad Khalid).

Search This Blog