III. Muhammad Diangkat Menjadi Rasul
Hira, tempat
diturunkannya kalimat Tuhan Yang Maha Sakti, kalimat yang membuat iblis
berputus asa untuk menyesatkan manusia, kalimat yang dengannya alam semesta
berguncang. Al-Qur'an, susunan kalimatnya yang mengandung makna yang banyak
telah membuat tercengang manusia-manusia manapun di jagat raya, yang mengakui
kebenarannya, akan mengikutinya, sedangkan yang tidak mengakuinya harus tunduk
atas kebenarannya, dan bagi mereka yang menolak, dengan cara apapun akan
sia-sia, dan celaka. Jibril (Ruh Al-Qudus) diutus Tuhan semesta Alam, Sang
Pemilik Konsep, untuk menyampaikan kalimat-Nya secara berangsur-angsur kepada
Al-amin yang berada di Gunung Hira. Al-Amin telah mempersiapkan dirinya
selama empat puluh tahun untuk memikul tugas yang maha berat ini, Jibril datang
kepadanya dengan membawa beberapa kalimat dari Tuhannya. Ialah kalimat pertama
yang dikemukakan dalam Al-qur'an sebagai berikut.
Bacalah dengan
[ menyebut] nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah. Yang mengajari
[manusia] dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.
Ayat ini dengan
tegas menyatakan tentang program Nabi, dan menyatakan dalam istilah-istilah
jelas bahwa fondasi agamanya diberikan dengan pengkajian, pengetahuan,
kebijaksanaan, dan penggunaan pena.
Muhammad, pembawa
berita bahagia, ancaman, dan perintah merupakan manusia teladan sepanjang masa,
ia adalah manusia dalam wujud Ilahiah, utusan Tuhan yang kepadanya ummat
manusia memohonkan syafaat. Tidak satupun mahkluq yang mencapai kesempurnaan
yang dicapai Muhammad, sejak kecil ia telah memperlihatkan ketulusan,
kejujuran, manusia yang seumur hidupnya tidak pernah berbohong, yang tidak
pernah menghianati janji, dan sayang kepada yang miskin.
Malaikat Jibril
menyelesaikan tugasnya menyampaikan wahyu itu, dan Muhammad pun turun dari Gua
Hira menuju rumah Khodijah. Jiwa agung Nabi
disinari cahaya wahyu. Beliau merekam di hatinya apa yang didengarnya dari
malaikat Jibril. Setelah kejadian ini, Jibril menyapanya, wahai Muhammad! Engkau Rosul Allah dan aku Jibril. Muhammad menerima kalimat Tuhannya secara bertahap, secara
berangsur-angsur, fakta sejarah mengakui bahwa di antara wanita, Khodijah
adalah wanita yang pertama memeluk Islam, dan pria pertama yang memeluk Islam
adalah Ali.
Muhammad mengadakan
perjamuan makan dengan kerabatnya, selesai makan, beliau berpaling kepada para
sesepuh keluarganya dan memulai pembicaraan dengan memuji Allah dan memaklumkan
keesaan-Nya. Lalu beliau berkata, sesungguhnya, pemandu
suatu kaum tak pernah berdusta kepada kaumnya. Saya bersumpah demi Allah yang
tak ada sekutu bagi-Nya bahwa saya diutus oleh Dia sebagai Rosul-Nya, khususnya
kepada Anda sekalian dan umumnya kepada seluruh penghuni dunia. Wahai kerabat
saya! Anda sekalian akan mati. Sesudah itu, seperti Anda tidur, Anda akan
dihidupkan kembali dan akan menerima pahala menurut amal Anda. Imbalannya adalah
surga Allah yang abadi (bagi orang lurus) dan neraka-Nya yang kekal (bagi orang
yang berbuat jahat). Lalu beliau menambahkan, tak ada manusia yang pernah
membawa kebaikan untuk kaumnya ketimbang apa yang saya bawakan untuk Anda. Saya
membawakan kepada Anda rahmat dunia maupun Akhirat. Tuhan saya memerintahkan
kepada saya untuk mengajak Anda kepada-Nya. Siapakah diantara Anda sekalian
yang akan menjadi pendukung saya sehingga ia akan menjadi saudara, washi (penerima
wasiat), dan khalifah (pengganti) saya?.
Ketika pidato Nabi
mencapai poin ini, kebisuan total melanda pertemuan itu. Ali, remaja berusia
lima belas tahun, memecahkan kebisuan itu. Ia bangkit seraya berkata dengan
mantap, wahai Nabi Allah, saya siap mendukung Anda. Nabi menyuruhnya duduk. Nabi mengulang tiga kali ucapannya, tapi tak ada
yang menyambut kecuali Ali yang terus melontarkan jawaban yang sama. Beliau
lalu berpaling kepada kerabatnya seraya berkata, Pemuda ini adalah saudara, washi, dan khalifah saya diantara kalian.
Dengarkanlah kata-katanya dan ikuti dia".
Pemakluman khilafah
(imamah) Ali di hari-hari awal kenabian Muhammad memperlihatkan bahwa dua
kedudukan ini berkaitan satu sama lain. Ketika Rosulullah diperkenalkan kepada
masyarakat, khalifahnya juga ditunjuk dan diperkenalkan pada hari itu juga. Ini
dengan sendirinya menunjukkan bahwa kenabian dan imamah merupakan dua hal yang
tak terpisahkan.
Peristiwa diatas
membuktikan heroisme spiritual dan kebenaran Ali. Karena, dalam pertemuan di
mana orang-orang tua dan berpengalaman tenggelam dalam keraguan dan keheranan,
ia menyatakan dukungan dan pengabdian dengan keberanian sempurna dan
mengungkapkan permusuhannya terhadap musuh Nabi tanpa menempuh jalan politisi
yang mengangkat diri sendiri. Kendati waktu itu ia yang termuda diantara yang
hadir, pergaulannya yang lama dengan Nabi telah menyiapkan pikirannya untuk
menerima kenyataan, sementara para sesepuh bangsa ragu-ragu untuk menerimanya.
Setelah berdakwah
kepada kaum kerabatnya, Nabi berdakwah terang-terangan kepada kaum Quraisy.
Muhammad, berbekal kesabaran, keyakinan, kegigihan, dan keuletan dalam
berdakwah terus-menerus dan tidak menghiraukan orang-orang musrik yang terus
menghardik dan mengejeknya. Banyak yang cara yang dilakukan kaum Quraisy untuk
menghentikan Muhammad, suatu saat Abu Tholib sedang duduk bersama keponakannya.
Juru bicara rombongan yang mendatangi rumah Abu Tholib membuka pembicaraan
dengan berkata, Wahai Abu Tholib! Muhammad mencerai-beraikan
barisan kita dan menciptakan perselisihan diantara kita. Ia merendahkan kita
dan mencemooh kita dan berhala kita. Jika ia melakukan itu karena kemiskinan
dan kepapaannya, kami siap menyerahkan harta berlimpah kepadanya. Jika ia
menginginkan kedudukan, kami siap menerimanya sebagai penguasa kami dan kami
akan mengikuti perintahnya. Bila ia sakit dan membutuhkan pengobatan, kami akan
membawakan tabib ahli untuk merawatnya.
Abu Tholib berpaling
kepada Nabi seraya berkata, para sesepuh anda datang untuk meminta Anda
berhenti mengkritik berhala supaya mereka pun tidak mengganggu Anda. Nabi menjawab, Saya tidak
menginginkan apa pun dari mereka. Bertentangan dengan empat tawaran itu, mereka
harus menerima satu kata dari saya, yang dengan itu mereka dapat memerintah
bangsa Arab dan menjadikan bangsa Ajam sebagai pengikut mereka. Abu Jahal bangkit sambil berkata, Kami siap sepuluh kali
untuk mendengarnya. Nabi menjawab, Kalian harus mengakui keesaan Tuhan. Kata-kata tak terduga
dari Nabi ini laksana air dingin ditumpahkan ke ceret panas. Mereka demikian
heran, kecewa, dan putus asa sehingga serentak mereka berkata, Haruskah kita mengabaikan 360 Tuhan dan menyembah kepada satu Allah
saja?
Orang Quraisy
meninggalkan rumah Abu Tholib dengan wajah dan mata terbakar kemarahan. Mereka
terus memikirkan cara untuk mencapai tujuan mereka. Dalam ayat berikut,
kejadian itu dikatakan,
Dan mereka
heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan dari kalangan mereka;
dan orang-orang kafir berkata, Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak
berdusta. Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja ?
Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. Dan
pergilah pemimpin-pemimpin mereka [seraya berkata], Pergilah kamu dan
tetaplah [menyembah] tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang
dikehendaki. Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir ini;
ini(mengesakan Allah) tidak lain kecuali dusta yang diada-adakan.
Banyak sekali contoh
penganiayaan dan penyiksaan kaum Quraisy, Tiap hari nabi menghadapi
penganiayaan baru. Misalnya, suatu hari Uqbah bin Abi Muith melihat Nabi
bertawaf, lalu menyiksanya. Ia menjerat leher Nabi dengan serbannya dan
menyeret beliau ke luar masjid. Beberapa orang datang membebaskan Nabi karena
takut kepada Bani Hasyim. Dan masih banyak lagi. Nabi menyadari dan prihatin
terhadap kondisi kaum Muslim. Kendati beliau mendapat dukungan dan lindungan
Bani Hasyim, kebanyakan pengikutnya budak wanita dan “ pria serta beberapa
orang tak terlindung. Para pemimpin Quraisy menganiaya orang-orang ini
terus-menerus , para pemimpin terkemuka berbagai suku menyiksa anggota suku
mereka sendiri yang memeluk Islam. Maka ketika para sahabatnya meminta
nasihatnya menyangkut hijrah, Nabi menjawab, Ke Etiopia akan lebih mantap.
Penguasanya kuat dan adil, dan tak ada orang yang ditindas di sana. Tanah
negeri itu baik dan bersih, dan Anda boleh tinggal di sana sampai Allah
menolong Anda.
Pasukan Syirik
Quraisy kehabisan akal untuk menghancurkan Muhammad, maka mereka melakukan
propaganda anti Muhammad, diantaranya mereka memfitnah Nabi, Bersikeras
menjuluki Nabi Gila, larangan mendengarkan Al-Qur'an, menghalangi orang masuk
Islam, sehingga Allah mengabadikan perkataan orang-orang keji ini dan menunjukkan
sesatnya perkataan mereka, dalam Al-Qur'an Allah berfirman.
Demikianlah, tiada seorang rosul pun yang
datang kepada orang-orang yang sebelum mereka selain mengatakan, Ia adalah
seorang tukang sihir atau orang gila. Apakah mereka saling berpesan tentang
apa yang dikatakan itu ? Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas.
Kaum Quraisy pun
gagal melakukan berbagai macam cara untuk menghalangi usaha Muhammad, dan
menghalangi orang-orang untuk mengikuti agama Tuhan Yang Esa. Mereka pun
melakukan Blokade ekonomi yang membuat banyak kaum muslim, terutama kaum wanita
dan anak-anak kelaparan. Nabi dan para pengikutnya masuk ke Syiib Abu
Tholib, yang diikuti pendamping hidupnya, Khodijah, dengan membawa serta
Fatimah AS. Orang-orang Quraisy mengepung mereka di Syiib itu selama tiga
tahun. Dan akhirnya tahun-tahun blokade itu pun berakhir. Dan keluarlah sang
bintang bersama keluarga dan sahabatnya dari pengepungan. Allah telah
menetapkan kemenangan bagi mereka, dan Khodijah pun berhasil pula keluar dari
pengepungan dalam keadaan amat berat dan menderita, Beliau telah hidup dengan
kehidupan yang menjadi teladan Istimewa bagi kalangan kaum wanita. Ajal
Khodijah sudah dekat. Allah telah memilihnya untuk mendampingi Rosulullah
Saww., dan dia telah berhasil menunaikan tugas dengan baik. Khodijah akhirnya
meninggal pada tahun itu juga. Yakni, pada saat kaum Muslim keluar dari blokade
orang-orang Quraisy, tahun kesepuluh sesudah Kenabian. Pada tahun yang sama,
paman Rosul (Abu Tholib) meninggal dunia, yang sekaligus sebagai pelindung
dakwa Muhammad. Sungguh Nabi mengalami kesedihan yang amat berat. Beliau
kehilangan Khodijah, dan juga pamannya yang menjadi pelindung, dan pembelanya.
Itu sebabnya, maka tahun ini dinamakan Am Al-Huzn (Tahun Duka cita). Bukan
hanya Rosul yang terpukul hatinya, Fatimah, yang belum kenyang mengenyam kasih
sayang seorang ibu dan kelembutan belaiannya, ikut pula menanggungnya. Kedukaan
menyelimuti dan menindihnya di tahun penuh kesedihan itu.Fatimah kehilangan ibundanya,
berpisah dari orang yang menjadi sumber cintanya dan kasih sayangnya. Acap kali
dia bertanya kepada ayahandanya, Ayah, kemana Ibu? Kalau sudah begini, tangisnya pecah, air matanya meleleh, dan kesedihan
menerpa hatinya. Rosul merasakan betapa berat kesedihan yang ditanggung
putrinya. Setelah wafatnya Abu Tholib kaum Kafir Quraisy semakin berani
menganggu Muhammad, akhirnya Muhammad berhijrah ke Yastrib, peristiwa hijrahnya
Nabi ke Yastrib, merupakan momen awal dari lahirnya negara Islam. Penduduk
Yastrib bersedia memikul tanggung jawab bagi keselamatan Nabi. Di bulan
Robiul Awwal tahun ini, saat hijrahnya Nabi terjadi, tak ada seorang muslim
pun yang tertinggal di Mekah kecuali Nabi, Ali dan Abu Bakar, dan segelintir
orang yang ditahan Quraisy atau karena sakit,dan lanjut usia.
Kaum Quraisy yang
berada di Mekah akhirnya membuat kesepakatan untuk membunuh Muhammad di malam
hari, dan masing-masing suku mempunyai wakil, sehingga Bani Hasyim tidak dapat
menuntut balas atas kematian Muhammad. Orang-orang ini memang bodoh, mereka mengira
Muhammad dapat dihancurkan hanya dengan cara seperti ini, seperti urusan
duniawi mereka. Jibril datang memberitahu Nabi tentang rencana kejam kaum kafir
itu. Al-Qur'an merujuk pada kejadian itu dengan kata-kata,
Dan [ingatlah]
ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk
menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan
tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas
tipu daya.
Ali berbaring
melewati cobaan yang mengerikan demi keselamatan Islam menggantikan Nabi, sejak
sore. Ia bukan orang tua yang lanjut usia, tapi seorang anak muda yang begitu
berani mengorbankan nyawanya untuk sang Nabi, ia, yang bersama Khodijah adalah
orang yang pertama-tama beriman kepada Nabi, dialah orang yang rela berkorban
untuk Nabi, Ali, sekali lagi Ali. Kepadanya Nabi berkata, tidurlah di ranjang saya malam ini dan tutupi tubuh Anda dengan selimut
hijau yang biasa saya gunakan, karena musuh telah bersekongkol membunuh saya.
Saya harus berhijrah ke Yastrib. Ali menempati ranjang Nabi sejak sore.
Ketika tiga perempat malam lewat, empat puluh orang mengepung rumah nabi dan
mengintipnya melalui celah. Mereka melihat keadaan rumah seperti biasanya, dan
menyangka bahwa orang yang sedang tidur di kamar itu adalah Nabi.
Baca juga: IV. Nabi Muhammad Hijrah