This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Wednesday, 14 October 2015

Kurikulum dan Materi Didikan Subuh

Sejatinya, bila kita bertolak dari sifat pelajaran Didikan Subuh, yaitu fungsioal dan praktis, maka setiap pelaksana Didikan Subuh di Masjid/Mushalla akan dapat meramu sendiri materi pelajaran yang dimaksud. Dengan fungsional kita dituntun untuk mencari materi pelajaran yang kira-kira berfungsi, berguna baik sebagai persiapan atau kewajiban bagi objek dalam ruang lingkup Tauhid, Ibadah, dan gerak amal. Rujukan utama materi yang dimaksud adalah al-Quran dan Hadis. Kemudian praktis adalah menyangkut cara, metode memberikan materi yang dimaksud sehingga si objek dapat menerima dengan baik.

Namun untuk keseragaman kita memang memerlukan suatu rencana pelajaran terurai (silabus) yang dapat dipakai oleh Didikan Subuh Masjid/Mushalla keseluruhan. Salah satu manfaat yang ingin kita petik adalah adanya standar umum pembinaan amaliah di antara objek, terutama anak-anak. Setelah itu bila ada lomba-lomba, seperti cerdas-cermat, ayat-ayat pendek, do’a-do’a, dan lain-lain kita para pengasuh sudah mengetahui, apa yang telah berikan kepada anak-anak.

Kurikulum Didikan Subuh ini bersifat integral, maksudnya bahan pelajaran berlaku untuk semua objek, yakni anak-anak, pemuda, orang dewasa dan pemimpin. Namun perlu diingatkan, bahwa anak-anak adalah fokus, yakni objek yang dihadapi secara langsung. Oleh karena objek lainnya juga hadir dalam PBM, maka secara tidak langsung objek-objek yang lain itu juga ikut mengetahuinya.

Materi-materi pelajaran yang ditampilkan dalam acara Didikan Subuh ada yang berbentuk teoritis dan praktis. Teoritis maksudnya, anak didik mencoba menampilkan hafalan-hafalan seperti bacaan ayat-ayat pendek, do'a-do'a sehari-hari dan lain-lain. Sementara dalam bentuk praktis seperti peragaan shalat yang benar, baik secara pribadi maupun berjama'ah, praktek shalat jenazah, drama dan lain-lain.

Dalam teknis pelaksanaan Didikan Subuh, tugas yang diberikan kepada murid disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan kemampuannya masing-masing. Misalnya untuk memperagakan praktek shalat yang benar dan praktek shalat jenazah, itu dilakukan oleh anak-anak dari kelas IV sampai dengan kelas VI SD. Sementara untuk bacaan do'a-do'a sehari-hari dan bacaan ayat-ayat pendek dapat ditampilkan dari anak-anak kelas I sampai dengan kelas III SD. Jadi, pembagian tugas seperti demikian telah diatur oleh guru pembimbing Didikan Subuh. 

Materi pelajaran ini digunakan untuk Didikan Subuh hari Ahad, yakni hari yang biasanya khusus untuk anak-anak. Karena biasanya hari Ahad adalah hari libur pendidikan formal. Namun bila pada hari Ahad tidak bisa dilaksanakan Didikan Subuh atau ada hari libur lain yang efektif, maka boleh saja memakai hari lain tetapi dengan syarat tetap pada Subuh Hari. Pada kesempatan ini kita hendaklah berusaha secara maksimal supaya orang tua/wali anak-anak tersebut ikut jamaah subuh dan mengikuti pelajaran yang diberikan. Disamping itu pemuda dan pemimpin, seperti pengurus Masjid/mushalla dan aparat setempat seperti pak RW dan RT dengan perangkatnya hendaknya juga menjadi anggota jamaah yang juga diharapkan kehadirannya dalam acara Ahad pagi ini.

Adapun susunan acara Didikan Subuh adalah:
a. Sebelum azan Subuh dikumandangkan hendaklah petugas masjid/mushalla mengingatkan bahwa hari itu adalah hari Didikan Subuh untuk anak-anak. Oleh sebab itu anak-anak hendaklah dibangunkan supaya dapat dibawa bersama-sama shalat berjama’ah.
b. Selesai zikir dan do’a, guru hendaklah mengumandangkan nyanyi shalawat Nabi, sementara anak-anak menyusu formasi duduknya di tengah ruang. Dalam pada itu jama’ah lainnya dapat pula mengatur duduknya.
c. Pelajaran Didikan Subuh untuk anak-anak ini terbagi dua, yakni acara utama dan acara tambahan:
1. Acara Utama. Bagian ini sebaiknya dipimpin langsung oleh guru. Yang termasuk acara utama adalah:
- Doa belajar.
- Pembacaan Wahyu Ilahi
- Adzan Subuh
- Janji Didikan Subuh
- Ulangan dan tambahan pelajaran oleh guru sekitar 10 menit
- Infaq serentak.
2. Acara tambahan. Sebaiknya dipimpin oleh kader. Materi acara tambahan terserah, misalnya: Hafalan ayat-ayat pendek, pidato, menyampaikan rukun Iman, Rukun Islam, nama-nama Malaikat, puisi, drama dan lain-lain. Acara hendaknya jangan melebihi jam tujuh, kecuali ada acara khusus, seperti kunjungan antar Didikan Subuh.
d. Sebaiknya setiap bulan Didikan Subuh Masjid / Mushalla mempunyai papan khusus yang disebut Papan Pembina. Pada papan ini ditulis pelajaran yang telah disampaikan pada Ahad pagi itu   Papan ini diletakkan di luar sehingga dapat dibaca oleh jamaah dan masyarakat secara umum.
e. Usahakan pula di masjid / mushalla ada perpustakaan, walaupun mula-mula hanya sederhana saja. Pustaka ini antara lain untuk mendidik anak-anak gemar membaca, terutama yang berhubungan dengan literatur Islam.
f. Lomba-lomba diadakan sesuai dengan level organisasi yang sudah ada. Oleh sebab itu pelaksanaannya diatur oleh organisasi, misalnya Lembaga Didikan Subuh kenagarian / kelurahan.
g. Hadiah-hadiah tak perlu besar, tapi bermanfaat. Hadiah berupa tropi sebaiknya ditiadakan, sebab dalam kurun waktu jangka panjang tropi itu terbuang begitu saja.  

Materi Didikan Subuh
Sebagaimana disebutkan diatas bahwa Pelajaran Didikan Subuh untuk anak-anak ini terbagi dua, yakni acara utama dan acara tambahan, pada Acara Utama ada ulangan dan tambahan pelajaran oleh guru. Tema pelajaran berbeda-beda setiap hari Ahadnya. Inilah contoh tema selama 52 minggu atau selama 1 tahun:
Ahad 1 Hargai Waktu
Ahad 2 Takmirul Masjid
Ahad 3 Jangan mengolok-olok orang
Ahad 4 Membuang duri di jalan
Ahad 5 Awas, Malaikat mencatat
Ahad 6 Do’a masuk masjid
Ahad 7 Manusia adalah umat yang satu
Ahad 8 Hari tasyrik
Ahad 9 Allah itu dekat
Ahad 10 Do’a keluar masjid
Ahad 11 Berbuat baik
Ahad 12 Walaupun hanya dimakan burung
Ahad 13 Musabaqah Azan. Pada kesempatan ini guru tidak memberi materi, karena murid-murid mengikuti perlombaan Adzan.  
Ahad 14 Fungsi al-Qur’an
Ahad 15 Shalat dulu baru duduk
Ahad 16 Jangan Bakhil
Ahad 17 Pangkal kemiskinan
Ahad 18 Rahmatal Lil alamien
Ahad 19 Pentingnya menyebut shalawat Nabi
Ahad 20 Jadilah pemurah
Ahad 21 Fastabiqul Khairat
Ahad 22 Percaya pada hari yang akhir
Ahad 23 Zikir ba’da shalat
Ahad 24 Tepati janji
Ahad 25 Ayo berolah raga
Ahad 26 Musabaqah Shalatul Jama’ah. Pada kesempatan ini guru tidak menyampaikan materi karena murid-murid mengikuti perlombaan Shalat berjama’ah.
Ahad 27 Allah berbuat sekehendaknya.
Ahad 28 Cintailah shalatul Jama’a
Ahad 29 Manfaat shalat
Ahad 30 Mari membaca
Ahad 31 Supaya Allah mengingat kita
Ahad 32 Do’a naik kendaraan
Ahad 33 Ikhlas dalam bersedekah
Ahad 34 bertolong-tolongan dalam kabaikan
Ahad 35 Menerima Raport.
Ahad 36 Keutamaan membangun masjid
Ahad 37 Berita gembira untuk orang yang sabar
Ahad 38 Persiapan Musabaqah Pidato
Ahad 39 Musabaqah Pidato Isra’-Mi’raj.  
Ahad 40 Kekuasaan Allah 
Ahad 41 Kunci Surga
Ahad 42 Berbuat baik kepada orang tua
Ahad 43 Menyambut Ramadhan
Ahad 44 Marhaban ya Ramadhan
Ahad 45 Do’a berbuka
Ahad 46 Awas, jaga puasamu
Ahad 47 Menyantuni fakir miskin dan anak yatim
Ahad 48 Malam takbiran
Ahad 49 Do’a tidur
Ahad 50 Hormati yang tua sayangi yang kecil
Ahad 51 Persiapan MTQ
Ahad 52 Musabaqah MTQ 

Mengenai Musabaqah, untuk kegairahan hendaknya disediakan juga hadiah ala kadarnya. Yang penting hadiah, soal besar atau kecil tidak prinsip. Jangan terlalu mewah seperti tropi, piring grafir, dan lain-lain, namun lihat  nilai gunanya yang praktis. Bila jenjang organisasi Didikan Subuh mulai dari TK 1, TK 2, kecamatan, kenagarian dan terakhir ujung tombaknya masjid / mushall telah berfungsi, musabaqah itu akan mengikuti jalur itu pula. Yaitu dimulai dari tingkat Masjid/mushalla, kemudian tingkat nagari, kemudian tingkat kecamatan dan seterusnya tingkat kabupaten dan terakhir di tingkat propinsi yang jatuhnya pada saat HUT Didikan Subuh, yakni setiap tanggal 12 Rabi’ul Awal.  


Dalam pelaksanaan kegiatan pokok di atas, merupakan sesuatu yang harus dan tidak bisa ditinggalkan. Penyampaian materi oleh guru setiap pertemuan berbeda-beda sesuai dengan kurikulum. Sementara dalam acara tambahan, seorang guru pelaksana Didikan Subuh dapat memilih acara mana yang akan ditampilkan pada setiap pertemuan. Sebab, secara keseluruhan tidak akan memungkinkan dapat ditampilkan dalam satu pertemuan, hal ini mengingat waktu pelaksanaan Didikan Subuh diharapkan anak-anak sudah dapat pulang ke rumah paling lambat jam 07.00 WIB.

Secara praktis, inilah contoh susunan acara Dididikan Subuh:
No.
WAKTU
ACARA
PELAKSANA
A
Pra Acara
1
04: 30 Wib.
Memberi pengumuman melalui alat pengeras suara bahwa Subuh ini akan digelar acara Didikan Subuh, supaya murid-murid cepat bangun dan segera datang ke masjid dan mushalla
Guru
2
04. 50 Wib.
Shalat Subuh berjama’ah
Guru bersaa murid dan jama’ah masjid/mushalla
3
05:05 Wib.
Zikir dan doa, serta salam yang diiringi oleh bacaan shalawat Nabi.
Murid-murid bersama guru dan jama’ah shalat subuh
B
Acara Pokok
1
05:30 Wib.
Do'a belajar
Protokol

05: 35 Wib.
Pembacaan Kalam Ilahi dan Sari Tilawah
2 orang murid

05:45 Wib.
Azan Subuh dan Iqamah
2 orang murid

05: 55 Wib.
Pembacaan janji dan
Mars Didikan subuh
2 orang murid

06: 05 Wib.
Pemberian materi pelajaran
Guru

06:10 Wib.
Pengumpulan Infaq
Seluruh murid
C
Acara Tambahan
1
06:15 Wib.
Praktek shalat Fardhu
Salah seorang murid
2
06:25 Wib.
Praktek Shalat berjama'ah
Sekelompok murid
3
06:35 Wib.
Praktek Shalat Jenazah
Sekelompok murid
4
06:45 Wib.
Bacaan do'a – do'a
Salah seorang murid
5
06:50 Wib.
Bacaan hapalan Ayat-ayat pendek
Salah seorang murid
6
06:55 Wib.
Do’a Penutup
Salah seorang murid
7
07:00 WIb
Salam-salaman yang diiringi Shalawat
Semua murid dengan guru

Tujuan Dididkan Subuh

Tujuan Didikan Subuh bermacam-macam dan berubah-rubah, sesuai dengan zaman, tempat, pribadi serta lembaga yang menyokongnya.
Tahun 1965 pada awal pencetusannya di Padang, dimana suasana politik dominan dipengaruhi oleh PKI, DDS ditujukan untuk menanamkan nilai-nilai Islam sejak dini kepada anak-anak mengantisipasi idiologi komunis.
Sedangkan pada masa Orde Baru dimana idiologi komunis sudah tumbang DDS ditujukan untuk melengkapi pelajaran di TPA/TPSA bahkan hanya sekedar untuk refresh berganti suasana belajar mengantisipasi kebiasaan tidur kesiangan di hari Minggu. Dan ada juga TPA/TPSA/MDA yang hanya sekedar ikut-ikutan meniru menggelar kegiatan DDS.
Sedangkan pada era Reformasi, dimana pengaruh politik tidak karuan. Adanya KKN, penyakit masyarakat (judi, miras, togel) yang telah merusak mental dan jiwa generasi muda. LDS (Lembaga Didikan Subuh) telah merumuskan tujuannya yang tertuang dalam ADART yang telah disahkan dalam Musyawarah Istimewa Lembaga Didikan Subuh pada tanggal 26-27 Muharram 1422/20-21 April 2001 di Padang. Bahwa tujuan DDS adalah “Membentuk pribadi muslim sejati”. Yaitu pribadi yang seluruh aspek kehidupannya berdasarkan kepada Al-Quran dan As-Sunnah.

Untuk mencapai tujuan itu perlu dilakukan hal-hal berikut::

  1. Menanamkan Aqidah Islamiyah sedini mungkin.
  2. Melatih dan membina aqidah, antara lain seperti membiasakan praktek shalat subuh tepat pada waktu dan ibadah lainnya.
  3. Pembinaan akhlak secara terus menerus, Long Life Education, Uthlubul ‘Ilm minal Mahhdiy ilallahdiy.
  4. Menembuhkan, mengembangkan dan membina bakat antara lain seperti praktek dan karya nyata untuk berlatih dan belajar tampil didepan umum, baik sebagai pembawa acara dan sebagai pengisi acara lainnya.
  5. Membantu menimbulkan kesadaran berkeluarga baik kakak maupun orang tuanya untuk ikut shalat berjamaah bersama di Masjid terkhususnya shalat subuh.

Dalam rangka mewujudkan tujuan diatas, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip dalam Didikan Subuh tersebut, yaitu:

  1. Dilaksanakan di Mesjid atau Mushalla pada waktu subuh. Dengan menjadikan Mesjid atau Mushalla sebagai pusat kegiatannya adalah dalam rangka syi'ar agama Islam, juga untuk menanamkan kecintaan para generasi muda Islam kepada Mesjid. Di samping itu, waktu pelaksanaan Didikan Subuh yaitu waktu Subuh tersebut, itulah makanya disebut dengan Didikan Subuh. Waktu Subuh merupakan starting poin atau titik permulaan aktifitas umat Islam, hal inilah yang akan ditanamkan kepada anak-anak usia dini.
  2. Anak-anak ikut dalam shalat berjama'ah. Dalam hal ini murid-murid Didikan Subuh diwajibkan untuk ikut shalat Shubuh berjama'ah di Masjid atau Mushalla. Dengan membiasakan anak-anak shalat Shubuh berjama'ah pada hari Minggu tersebut, Insya Allah pada hari-hari lain diluar jam Didikan Subuh, mereka juga akan dapat terbiasa shalat berjama'ah di Masjid atau Mushalla. Pembiasaan anak-anak sejak dini untuk cinta terhadap Masjid merupakan suatu hal yang sangat penting, sebab dengan cara demikian akan dapat menumbuhkan motivasi dan semangat mereka untuk giat beribadah kepada Allah SWT.
  3. Diharapkan keikutsertaan orang tua murid dalam Didikan Subuh. Dalam rangka memberikan contoh tauladan yang baik dari pihak orang tua terhadap anak-anaknya, maka diharapkan keikutsertaan orang tua dalam kegiatan Didikan Subuh tersebut. Hal ini dimaksudkan agar terjadi kerja sama yang baik antara guru pembimbing Didikan Subuh dengan pihak orang tua murid. Sehingga apabila terdapat suatu kendala yang harus diselesaikan menyangkut dengan anak didik, para guru dapat menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua yang bersangkutan, demi tercapainya tujuan yang diharapkan.
  4. TPA/MDA Masjid atau Mushalla terlibat langsung dengan kegiatan Didikan Subuh. Demi kelangsungan dan kelancaran acara Didikan Subuh, maka idealnya TPA atau MDA yang ada pada Masjid atau Mushalla tersebut mesti terlibat langsung dalam acara Didikan Subuh. Sebab Didikan subuh sifatnya praktis, hal ini dapat dijadikan ajang praktek bagi murid-murid TPA atau MDA terhadap Ilmu yang diperolehnya selama belajar di TPA atau MDA yang bersangkutan.
  5. Diharapkan dukungan dari semua lapisan masyarakat, seperti pengurus Masjid atau Mushalla, tokoh masyarakat, dan bahkan pemerintah. Kegiatan Didikan Subuh mesti mendapat dukungan dari berbagai lapisan masyarakat, agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar. Apalagi dalam soal pendanaan mesti didukung oleh pengurus Masjid atau Mushalla, tokoh masyarakat, atau mungkin pihak pemerintah setempat.
  6. Kegiatan Didikan Subuh dapat berjalan secara kontiniu. Dalam pelaksanaan Didikan Subuh, mesti dilakukan secara kontiniu atau secara terus menerus. Ini artinya bahwa apabila dibutuhkan hari lain di luar hari Ahad, dapat saja dilakukan Didikan Subuh. Hari Ahad merupakan hari yang sudah lazim dilakukan Didikan Subuh, sebab pada hari tersebut anak-anak libur di sekolahnya. Namun, bila ingin ditambah pada hari lain, bisa saja dilakukan tergantung kepada kondisinya.
  7. Kurikulum yang integral. Didikan Subuh yang dilaksanakan mesti merujuk kepada kurikulum, hal ini sebagai pedoman atau panduan dalam kegiatan dimaksud. Apabila pelaksanaan Didikan Subuh tidak menggunakan kurikulum, maka akan sulit untuk mengukur atau mengevaluasi keberhasilan dan target yang dicapai dalam kegiatan tersebut.

Metode Pengajaran Didikan Subuh

Adapun metode yang digunakan dalam pengajaran Didikan Subuh, secara garis besar ada tiga macam, yaitu:

  1. Sistem klasikal, maksudnya cara belajar yang umum, di mana seluruh peserta Didikan Subuh yang jumlahnya kadang-kadang sampai ratusan, itu dihadapi secara sekaligus. Oleh sebab itu, guru Didikan Subuh dituntut kompetensinya untuk dapat mengatur acara yang bisa kondusif dengan jumlah peserta yang banyak, seperti variasi susunan acara yang dibutuhkan oleh peserta, agar tidak terkesan membosankan, dan lain-lain.
  2. Sistem kelompok, maksudnya para peserta Didikan Subuh dikelompokkan menurut jenis dan tingkatannya. Selanjutnya akan dipandu oleh salah seorang guru Didikan Subuh. Cara ini biasanya dilakukan dalam rangka pendalaman materi yang sudah pernah diterima oleh peserta Didikan Subuh.
  3. Sistem individual, maksudnya guru Didikan Subuh dapat melakukan komunikasi secara individual kepada salah seorang peserta Didikan Subuh. Hal ini untuk mengetahui sampai di mana kemampuan peserta Didikan Subuh dalam menangkap materi yang diajarkan dalam Didikan Subuh.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwasanya metode yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan Didikan Subuh dapat menggunakan beberapa metode yang tepat sesuai dengan kondisi anak didik yang sedang dihadapi. Hal ini bertujuan untuk dapat menciptakan pelaksaan Didikan subuh yang berkualitas serta mampu mewujudkan dari tujuan pelaksanaan Didikan Subuh tersebut.

Pendekatan dan pemilihan metode yang tepat sangat menentukan keberhasilan dari kegiatan Didikan Subuh. Sebab, sebaik apapun materi yang disajikan kepada anak didik, tidak akan memberikan hasil yang memuaskan, apabila metode penyampaiannya tidak menarik perhatian mereka. Justru itu, persoalan metode pelaksanaan ini merupakan suatu hal yang mesti jadi perhatian para pelaksana Didikan Subuh.

Secara terperinci metode dibawah ini bisa dipakai dalam kegiatan Didikan Subuh:
  1. Sosiodrama dan bermain peranan.
  2. Karya Wisata.
  3. Pemberian Tugas belajar (Resitasi).
  4. Ceramah.
  5. Metode Pendidikan Pengajaran tanya jawab
  6. Metode Pengajaran Diskusi

Sejarah Didikan Subuh

Pada tahun 1960-an suasana kehidupan politik di Indonesia mayoritas dikuasai oleh golongan nasionalis dan komunis sedangkan golongan agama sangat terpinggirkan. Kekuatan komunis yang semakin berpengaruh dalam pemerintahan merupakan tantangan besar bagi umat Islam. Didikan Subuh merupakan salah satu respon terhadap kondisi Pemerintahan Presiden Soekarno yang saat itu didominasi Partai Komunis Indonesia (PKI) yang menerapkan/ membaurkan Nasionalisme, Agama  dan Komunisme yang disingkat) Nasakom. Masyarakat lebih banyak direcoki dan dimobilisasi isu konprontasi dengan Malasyia dan anti Amerika. Di mana-mana, di dinding toko, tembok-tembok pagar hingga ke sekolah-sekolah dipenuhi corat coret tulisan Ganyang Malaysia dan Ganyang Armada Ke 7 Amerika. Menghadapi kemungkinan perang, rakyat diperintahkan membuat lobang berbentuk leter “L” di depan, dibelakang atau di bawah rumah masing-masing sebagai tempat persembunyian. Di setiap sekolah juga dibuat lubang lebih besar semuat seluruh murid sekolah. Selain menyiapkan rakyat terlatih  yang kemudian digabungkan ke dalam organisasi Pemuda Rakyat, lembaga pendidikan hingga kegiatan pramuka pun dikerahkan belajar Nasakom dan bahkan belajar huruf Cina. Padahal kemudian bertiup kabar bahwa bila PKI berhasil mengambilalih kekuasan pemerintahan, maka seluruh umat Islam akan dibunuh. Para ulama, tokoh masyarakat atau tokoh-tokoh yang anti PKI masuk dalam lest hitam atau daftar orang-orang yang akan dibunuh. Lobang-lobang tadi akan digunakan sebagai kuburan massal.

Kekuatan PKI (Partai Komunis Indonesia) memang sudah kelihatan semenjak Pemilu pertama pada tahun 1955, dimana mereka mendapat suara yang cukup meyakinkan, yakni sebagai pemenang keempat setelah PNI, Masyumi dan NU. Sikap mereka yang agresif itu semakin nampak setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno untuk pembubaran Konstituante dan kembali ke UUD 45. Keputusan presiden itu didukung oleh segenap bangsa Indonesia dimana semua orang saat itu diliputi perasaan gembira. Namun rupanya PKI memiliki kepentingan politik yang besar dibalik pembubaran Badan Konstituante itu.

Pada tanggal 5 Maret 1960 Bung Karno secara terselubung dipaksa membubarkan Parlemen (DPR) hasil Pemilu 1955 yang mayoritas kursi diduduki oleh golongan Islam dari beberbagai partai seperti NU, Masyumi, PSI dan PERTI, dengan alasan bahwa DPR tidak mendukung Demokrasi Terpimpin dan demokrasi terpimpin tidak mengenal adanya oposisi, tetapi gotong royong. Menteri Keamanan Nasional/KSAD Jenderal Nasution, tidak mendukung pembubaran itu.

Pada tanggal 27 Maret 1960 Bung Karno membentuk DPR-GR (Gotong Royong) yang pada hakikatnya wakil rakyat ini hanyalah sebagai pembantu presiden. Kemudian mengakhiri eksistensi partai-partai politik yang oposional seperti Partai Katolik, IPKI, NU, PSII, Parkindo ,Masyumi dan PSI, serta mengikat semua parpol dalam Front Nasional. Korban pertamanya adalah Partai-partai Islam. Pada tanggal 17 Agustus 1960 dua partai Islam Masyumi dan PSI dibubarkan Soekarno. Yang membuat semakin minornya posisi umat Islam dalam kebijakan politik.

Masyarakat Islam merasakan situasi yang semakin hari semakin mencekam, namun tidak dapat berbuat apa-apa, barang siapa yang berbuat diluar kehendak penguasa, dicap sebagai kontra revolusi dan dapat saja ditangkap walaupun tanpa prosedur hukum. Keberadaan umat Islam amat terjepit, yang berakibat pada lemahnya pembinaan umat.

Dalam situasi seperti itu pendidikan agama terpinggirkan. Pesantren dan kegiatan di masjid dicurigai dan diawasi sehingga kegiatan mengaji ana-anak di surau dan cermah-ceramah agama di masjid jadi sepi. Kalau pun ada yang berani melaksanakan pendidikan agama di surau/mushalla dan masjid akan ditakuti-takuti dan digangu oleh orang-orang tak dikenal yang waktu disebut orang hitam.

Untuk memperbaiki posisi umat Islam yang minor itu dari segi politik tidak memungkinkan. Berbagai ikhtiar dilakukan umat Islam untuk pendidikan agama anak-anak. Cara lain yang ditempuh adalah dengan jalan mendidik kaum mudanya menanamkan nilai-nilai Islam kepada mereka sejak usia dini. Di Sumatera Barat, kaum muda itu diperkuat supaya mengaji ke Masjid dan Surau. Salah satunya adalah melaksanakan pendidikan di waktu subuh yang kemudian berubah istilah jadi Didikan Subuh.

Masjid Muhammadan Padang
Pada tahun 1964 beberapa orang anak-anak yang ikut jamaah shalat subuh di masjid Muhammadan pasar Batipuh Padang selatan, diajari ayat dan hadist, bernyanyi dan juga bersajak. Walaupun di laksanakan secara sambilan saja tidak terprogram, namun ternyata ide kebetulan ini menarik hati mereka karena masih tergolong baru sehingga cukup mendapat perhatian pada masa itu. Berikutnya mereka diajak bertamasya, jalan-jalan sambil menyanyikan tembang bernuangsa Islam. 

Kegiatan Didikan Subuh itu berjalan beberapa bulan saja dan tidak ada perkembangan yang berarti disebabkan karena jamaah Masjid itu pada umumnya adalah pedagang, serta tidak ada kader yang meneruskan. Namun di Masjid Istiqamah Sawahan Padang timur kegiatan Didikan Subuh itu seperti mendapat lahan subur serta menuju proses penyempurnaan yang dibina oleh Almunir bersama M. Zen Arief guru SD Adabiah. Ternyata, berkat publikasi koran-koran anti PKI dan RRI, didikan subuh cepat diterima dan diikuti masyarakat dan  berkembang ke masjid-masjid lain di Kota Padang.

Didikan Subuh mulai tenar dan berkembang di kota Padang, hal demikian membangkitkan semangat dan gairah baru. Kemudian terbentuklah Lembaga Didikan Subuh. Jenjang kepengurusannya adalah tingkat Masjid/Mushalla, nagari/kelurahan, kecamatan, kabupaten, dan sampai kepada pengurus pusat yang hanya baru berkedudukan di tingkat propinsi yang diresmikan di Balai Kota oleh Wali Kota Padang Zainal Abidin St. Pangeran. Peresmian yang ditetapkan sebagai hari jadi Didikan Subuh itu digelar pada peringatan Maulid Nabi tanggal 12 Rabiul Awwal 1385 / 11 Juli 1965.

Melalui mahasiswa dan pedagang yang lalu-lalang singgah di kota Padang, DDS (Didikan Subuh) berkembang ke seluruh daerah di Sumatera Barat dan menjadi primadona pendidikan Islam di Surau pada masa itu. Tidak hanya disitu, DDS bahkan ada pula di Riau, Jambi, Bengkulu dan bahkan mungkin juga di daerah lain yang digerakkan oleh mahasiswa yang belajar di kota Padang dan perantau-perantau Minang.

Pada awal tahun 1966 idiologi Komunis merasuk sampai kepada anak-anak. Diceritakan di sebuah Sekolah Dasar di Kota Padang seorang guru menyuruh muridnya meminta permen kepada Tuhan, kata gurunya “Tuhan tidak memberi apa-apa kepada kamu, itu buktinya bahwa Tuhan itu tidak ada”. Keprihatinan itu menumbuhkan DDS hingga bersemi dihati masyarakat sebagai benteng aqidah dan akhlak anak-anak.

Sebagian besar penggerak Didikan Subuh adalah pelajar dan mahasiswa yang tergabung dalam Pelajar Islam Indonesia (PII) atau Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Saat itu kedua organisasi ini merupakan anggota inti Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) motor penumbangan Orde Lama. Mereka punya pasukan khusus (pasus) dengan jaket loreng kuning merah hitam dan mendapat latihan dasar kemiliteran. Anak-anak didikan subuh pun dilatih kesamaptaan. 

Pada bulan Juni 1966 LDS (Lembaga Didikan Subuh) Sumatera Barat mendidik pembina-pembina DDS se-Sumatera Barat di Masjid Taqwa Muhammadiyah Padang dan ditambah dengan latihan baris berbaris dan gerak jalan yang dilatih oleh HMI. Dilanjutkan dengan apel akbar pada tanggal 8 Agustus 1966 dilapangan Imam Bonjol Padang yang dihadiri oleh LDS (Lembaga Dididikan Subuh) utusan dari berbagai kabupaten kota seluruh Sumatera Barat yang disulut bunyi genderang. Pembina-pembina baru DDS itu kembali ke daerah dan melakukan pembinaan pula di kabupaten/kota masing-masing.

DDS tumbuh menjadi organisasi kader militan yang kontra komunis. Pada tahun 1966 itu juga di Canduang kabupaten Agam bila hari Jum’at, kader-kader DDS sepulang sekolah bergerombolan berjalan ke pelosok-pelosok kampung menyusuri sawah-ladang menyerukan shalat Jum’at kepada semua laki-laki yang mereka temui. Sehingga keluar ucapan-ucapan yang menggambarkan militansi seperti “kalualah pak, pai sumbayang! Kalau indak kami ganyang” (keluarlah pak, pergi sembahyang! Kalau tidak kami ganyang). Kata-kata itu di serukan berkali-kali sehingga orang-orang takut tidak ke Masjid bisa-bisa mereka dianggap pengikut PKI dan bakal dipencilkan atau diusir dari kampung. Bahkan ada pula yang bersembunyi dibalik pematang sawah dan didalam ladang bila kader-kader DDS melewati mereka.

Dalam perkembangannya, Alim- ulama, niniak-mamak, cadiak-pandai, aparat pemerintah yang pro Islam banyak memberi dukungan, begitu pula dari pihak militer yang juga menginginkan Komunis hengkang dari Indonesia.

Buya Prof. DR. Hamka yang kala itu jadi ketua/imam Masjid Al-azhar Kemayoran Jakarta, juga mengembangkan Didikan Subuh dan kuliah subuh bagi orang dewasa. Kuliah subuhnya  diterbitkan Majalah Panji Masyarakat, majalah Islam Pimpinan Buya Hamka. Belakangan kuliah subuh itu dibukukan. 

Pada masa era 1960-an dan 1970-an DDS mencatat even-even historis yang monumental, antara lain menerima Proklamator Bung Hatta dalam suatu apel di gubernuran Padang. Kemudian ditempat yang sama menerima Presiden Soeharto dalam kunjungan pertamanya ke Sumatera Barat dan Sambutan ketua MPRS, A.H Nasution dalam Muswil I Lembaga Didikan Subuh Sumatera Barat.

Tahun 1970-an di era Orde Baru, kondisi politik, sosial pembangunan ekonomi dan budaya sudah bergerak maju. DDS mulai mengalami pasang surut yang kemudian benar-benar hening, hanya kegiatan muhadarah di satu-dua Masjid/Mushalla saja yang kedengaran setiap Subuh hari Minggu. Demikian itu karena kondisi yang melatarbelakangi berdirinya gerakan Didikan Subuh sudah berubah.

Sejak ditetapkannya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan PP No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom, maka dengan semangat otonomi daerah itu Sumatera Barat kembali mencanangkan gerakan DDS yang dipicu oleh lemahnya semangat keislaman, hilangnya rasa malu, sopan- santun, masjid dan mushalla jauh dari jama’ah serta generasi muda kurang bergairah belajar agama.

Kabupaten Agam yang memiliki visi Agam mandiri, berprestasi yang madani, melalui program babaliak banagari dan kembali kesurau, serta untuk mendukung memasyarakatkan program DDS, pemerintah daerah sudah mengalokasikan dana APBD tahun 2002 untuk pembinaan dan pengembangan DDS melalui proyek peningkatan Bimbingan dan Kerukunan hidup beragama dengan kegiatan pelatihan guru pembina DDS dan pengadaan buku pedoman DDS.

Pada tahun 2002 pemerintah kabupaten Tanah Datar juga menganggarkan Pendapatan Belanja Daerahnya untuk penerbitan buku-buku panduan DDS, melatih Pembina-pembina DDS, membiayai acara DDS Gabungan dan Perkampungan DDS. Bahkan LDS (Lembaga Didikan Subuh) kabupaten Tanah Datar memiliki konsep DDS sendiri yang terkenal dengan nama “Didikan Subuh Santri Mandiri” yang yang diprakarsai oleh ustazd Afrizon, S.Ag juga dibiayai sendiri oleh pemerintahnya. Demikian juga dengan kabupaten/kota yang lain.

Pada tahun 2003 pemerintah daerah propinsi Sumatera Barat menganggarkan dana Pendapatan Belanja Daerah untuk mencetak buku-buku panduan serta mendidik pembina Didikan Subuh se Sumatera Barat.

Sebagai salah satu ikhtiar Walikota Padang Fauzi Bahar untuk memakmurkan masjid sekaligus membentengi anak-anak dengan akidah, ibadah dan akhlak yang baik, program DDS dijadikan bagian dari penentuan nilai rapor. Program ini wajib diikuti oleh 40 ribu murid SD se-kota Padang. Siswa yang tidak mengikuti DDS sebanyak dua kali akan kena her. ''Nilai ulangan akhir sekolah ditambah nilai Didikan Shubuh, kemudian dibagi dua, itulah nilai rapor,''

Pelaksanaan DDS itu didorong oleh keprihatinan Walikota Padang Fauzi Bahar akan minimnya jumlah jam pendidikan agama yang diterima oleh para siswa. Dalam setahun jumlah jam pelajaran agama tak lebih dari 30 jam. Namun jikalau Pemda menyisipkan tambahan jam pelajaran agama tidak mungkin lagi. Sebab semua jam pelajaran sudah terisi penuh. Langkah yang ditempuh adalah mengoptimalkan DDS yang lamanya 20 minggu. Jikalau 20 di kali 2,5 jam, maka jumlahnya mencapai 50 jam. Ini hampir dua kali lipat jumlah jam pelajaran agama di sekolah. Hal itu juga di dorong oleh dampak positif yang dilihat oleh Walikota Padang Fauzi Bahar terhadap siswa setelah mengikuti pesantren kilat selama 1 minggu di masjid-masjid di kota Padang pada bulan Ramadhan 2005, kemudian menindak lanjutinya dengan mengoptimalkan program DDS.

Di Kota Padang Panjang Program DDS merupakan kegiatan ekstra kurikuler yang diprogramkan langsung oleh Pemerintah kota. Kepengurusan LDS mendapat surat keputusan (SK) dari walikota, dan pembiayaannya masuk dalam anggaran pemerintah kota. Ketua DPRD Kota Padang Panjang tahun 2005, Drs. H. Hamidi, mendukung sepenuhnya kegiatan DDS, termasuk memasukkan biayanya kedalam APBD.

Dukungan pemerintah daerah sangat besar terhadap pengembangan program DDS sehingga dirasakan sebagai milik semua kalangan. Hal itu mengurangi beban Lembaga Didikan Subuh yang dibarengi dengan semakin berkurangnya  peran lembaga secara kelembagaan. Terbukti tahun 2006 masa bakti kepengurusan Lembaga Didikan Subuh pusat sudah berakhir namun kepengurusannya belum juga diganti, walaupun ketuanya Dr. H. Syahrul Zainudin telah meninggal dunia pada bulan Oktober 2008. LDS Kabupaten/Kota di Sumatera Barat masih sangat aktif. Sedangkan yang lain Program DDS setiap hari Minggunya tetap berjalan walaupun tidak ada LDS yang mengurusi.

Dalam rangka memperingati Hari Amal Depag ke-64, HUT Kota Payakumbuh ke-38 dan peringatan Tahun Baru Islam 1430 H, pada hari Ahad tanggal 28 Desember 2008 LDS Kota Payakumbuh yang diketuai Drs. Omay Mansur MAg menggelar acara lomba Paket Didikan Subuh (PDS) tingkat Sumbar, yang bertempat di halaman Gedung DPRD di Jalan Sukarno-Hatta Payakumbuah. Lebih-kurang seratus TPA/TPSA se-Sumatera Barat hadir dalam lomba PDS yang baru pertama kali diadakan itu. Lomba ini menyediakan hadiah berupa tropi dan sejumlah Tabanas. Pengurus Pusat Lembaga Didikan Subuh yang berkedudukan di Padang juga diundang yang diwakili oleh Yunizar Paraman. BA yang menjabat sebagai sekretaris umum. Paket lomba yang digelar, meliputi MC, pembacaan wahyu Illahi dan saritilawah, adzan subuh dan do’anya, Janji Didikan Subuh, Mars Didikan Subuh, penampilan, nyanyi duet guru dan murid, evaluasi dan tambahan pelajaran dari guru serta Ikrar Didikan Subuh. Lomba ini berdurasi 30 menit dengan jumlah 20 personil

Pada  hari Jum'at-Ahad, 10-12 Juli 2009 PKDS V (Perkampungan Didikan Subuh) ke-5 Kabuaten Tanah Datar di gelar di Kecamatan Salimpaung. Tepatnya di nagari Sumaniak. PKDS ini adalah kegiatan rutin yang telah di gelar sejak tahun 2005. Biaya kegiatan diambil di APBD yang sudah dianggarkan oleh Bupati Tanah Datar serta bantuan Camat dan KUA serta masyarakat Tanah Datar. Kafilah dari masing-masing kecamatan diinapkan di rumah-rumah penduduk Sumanik. Pada acara itu hadir Bupati Tanah Datar, Kakemenag Tanah Datar, ketua DPRD Tanah Datar, Seluruh KUA Tanah Datar yang mendampingi 14 kafilah DDS yang jumlah keseluruhannya 800 orang. Pada waktu itu, kecamatan Batipuh meraih juara umum

Hari Sabtu, 19 Desember 2009 puluhan ribu anak-anak DDS padati Lapangan Cindua Mato Batusangkar dalam acara Apel Besar Lembaga Didikan Subuh mensyiarkan 1 Muharram 1431 H. Hadir pada acara tersebut Asisten I Pemerintahan dan Kesra Drs. Hardiman,  Staf Ahli Bupati bidang Kesra Irsal Verry Idrus, SH, PLT Ka. Kakandepag serta Kepala Dinas dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar. Yang bertindak sebagai Pembina apel langsung Bupati Tanah Datar M.Shadiq Pasadigoe. Acara itu juga dalam rangka mewujudkan salah satu visi kabupaten tanah datar yaitu “ Meningkatkan pemahaman dan pengamalan agama, adat dan budaya dengan penguatan kelembagaan sosial budaya sesuai dengan ABS-SBK di Tanah Datar Luhak Nan Tuo. Apel besar ini juga diikuti oleh BKMT se Kabupaten Tanah Datar. 

Senin, 18 Januari 2010 Bupati Agam, Aristo Munandar, memberi penghargaan kepada pengurus Masjid Istiqamah, di Jorong Guguak Randah, Nagari Guguak Tabek Sarojo, Kecamatan IV Koto, atas keberhasilan meraih peringkat pertama dalam lomba didikan subuh (DDS) tingkat Sumatera Barat. Penghargaan yang diterima masjid tersebut, selain berupa piagam, juga sejumlah uang tunai sebesar Rp15 juta dari kabupaten, ditambah dari pemerintah provinsi sebesar Rp25 juta. Penghargaan diberikan secara langsung oleh Bupati Agam, Aristo Munandar kepada Walinagari Guguak Tabek Sarojo, Asrul Dias, Msc, dan selanjutnya diserahkan kepada pengurus masjid itu.

Rabu 4 Agustus 2010, dalam menyambut bulan suci Ramadhan 1431 H, Kota Serambi Mekah Padangpanjang dimeriahkan dengan berbagai kegiatan bernuansa Islami. Di antaranya Didikan Subuh Terpadu yang dibuka oleh Walikota Padangpanjang, dr. H. Suir Syam, M.Kes, MMR di Lapangan Brigjen Anas Karim Kantin Padangpanjang. Walikota pada kesempatan tersebut, mengajak semua pihak agar kegiatan ini jangan dijadikan sebagai kegiatan dan agenda Tahunan saja.

Pada hari Kamis tanggal 30 Desember 2010 Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno memberikan hadiah lomba Didikan Subuh tergiat di Autitorium Gubernuran Padang kepada Juara I Kabupaten Solok Selatan menerima satu piala tetap dan dana sebesar Rp. 10 juta, Juara II Kabupaten Pasama menerima satu piala tetap dan dana sebesar Rp. 6,5 Juta, Juara III Kabupaten Agam menerima satu piala tetap dan dana sebesar Rp. 5 juta, harapan I Kota Padang Panjang dan harapan II Kabupaten Tanah Datar menerima piala tetap dan dana masing-masing sebesar Rp. 1 juta.

Seiring dengan perkembangan zaman dengan pasang-surut dan segala situasi yang mempengaruhinya sampai sekarang DDS masih eksis sampai ke berbagai daerah seperti Riau, Jambi dan Bengkulu.

Thursday, 27 August 2015

SUSUNAN ACARA PENGAJIAN MINGGUAN TAMAN PEDIDIKAN AL-QUR’AN / TAMAN PENDIDIKAN SENI AL-QUR’AN 
AL-IKHLAS
 
Assalaamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin wabihi nasta ‘iin wa ‘alaa umuuriddunyaa waddiin wa ‘ala aalihi wasohbihi ajma ‘iin. Amma ba’du.
Qoolalloohu ta’ala ....................................................................
Yang sama-sama kita hormati Bapak dan Ibu Guru.
Yang kami sayangi teman-teman santriwan / santriwati TPQ Al-Ikhlas.
Pertama-tama. Marilah  kita  mengucapkan  puji  syukur  kehadirat  Allah  SWT  yang telah memberikan  nikmat  dan  hidayah  kepada  kita semua  sehingga  pada  kesempatan  malam yang berbahagia  ini  kita  masih  bisa  melaksanakan  kegiatan  rutin  pengajian  di TPQ / TPSQ  Al-Ikhlas, dengan  tidak  ada  halangan  suatu apapun.Aamiin Yaarobbal ‘aalamiin
Kedua kalinya.  sholawat beriring salam semoga tetap terlimpah kepada junjungan alam yakni Nabi Besar Muhammad Sallaallahu Alaihi wassalam, yang telah membawa umatnya dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang yakni agama islam seperti yang kita rasakan saat ini, dan mudah-mudahan kita selalu mendapat syafaat-Nya.

            Selanjutnya, saya akan membacakan susunan acara pengajian mingguan pada malam hari ini....
1.       Pembukaan..
Marilah acara pada malam ini kita awali dengan bacaan basmalah...
Dilanjutkan acara selanjutnya..
2.       Ikrar santri...
Dalam hal ini akan dibawakan oleh................kepadanya kita ucapkan terimakasih.
Dilanjutkan acar selanjutnya...
3.       Pembacaan ayat suci Al-qur’an dan sari tilawah.
Dalam hal ini akan dibawakan oleh......................kepadanya kita ucapkan terima kasih.
Dilanjutkan acara selanjutnya.
4.       Surat-surat pendek...
Dalam hal ini akan dibawakan oleh......................dan ........................kepadanya kita ucapkan terimakasih.
Dilanjutkan acara selanjutnya.........
5.       Do’a-do’a harian
Dalam hal ini akan disampaikan oleh...........kepadanya kita ucapkan terima kasih.
Dilanjutkan cara selanjutnya.....
6.       Lafal adzan dan iqamah
Dalam hal ini akan dibacakan oleh......................kepadanya kita ucapkan terimakasih.
Dilanjutkan acara selanjutnya.
7.       Hafalan sifat-sifat wajib bagi Allah
Dalam hal ini akan dibacakan oleh..........................kepadanya kita ucapkan terima kasih
Dilanjutkan acara selanjutnya............
8.       Hafalan nama-nama malaikat dan tugas-tugasnya
Dalam hal ini akan dibacakan oleh......................kepadanya kita ucapkan terima kasih.
Dilanjutkan acara selanjutnya...........
9.       Hafalan nama-nama nabi dan rasul yang wajib kita ketahui
Dalam hal ini akan dibacakan oleh........................kepadanya kita ucapkan terima kasih.
10.   Hafalan asma’ul husna
Dalam hal ini akan dibacakan oleh....................kepadanya kita ucapkan terima kasih
Dilanjutkan acara selanjutnya.....
       Kultum
Dalam hal ini akan disampaikan oleh.............kepadanya kita ucapkan terima kasih.
11.        Do’a
Dalam hal ini akan dibacakan oleh.......................kepadanya kita ucapkan terima kasih.
Dilanjutkan acara selanjutnya...
12.     Penutup 
Dengan berakhirnya do’a maka berakhirlah acara pada malam hari ini, dari awal sampai akhir. Apabila kami membacakan susunan acara ada kesalahan dan kehilafan saya mohon maaf dan saya akhiri Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy (1980) al-Qur’an menurut bahasa ialah bacaan atau dibaca. Al-Qur’an adalah mashdar yang diartikan dengan arti isim maf’ul yaitu maqru atau yang dibaca. Para ahli ushul fiqh menetapkan bahwa al-Qur’an adalah nama bagi keseluruhan al-Qur’an dan nama bagi suku-sukunya.
Menurut Quraisy Shihab (1997), al-Qur’an yang secara harfiah berarti “bacaan sempurna” merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak manusia mengenal tuliss-baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi al-Qur’an Al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia. Tiada bacaan semacam al-Qur’an yang dibaca oleh ratusan juta orang yang tidak mengerti artinya dan atai tidak dapat menulis dengan kasaranya. Bahkan dihafal huruf demi huruf oleh orang dewasa, remaja, dan anak-anak.

Pada masa hidup Nabi Muhammad saw, perhatian umat terhadap kitab al-Qur’an ialah memperoleh ayat-ayat al-Qur’an itu dengan cara mendengarkan, membaca, dan menghafalkannya secara lisan dari mulut ke mulut. Mulai dari Nabi kepada para sahabat, dari sahabat yang satu ke sahabat yang lain, dan dari seorang imam ahli bacaan yang satu kepada imam yang lain (Abdul Djalal, 1998).

Pada periode pertama ini, al-Qur’an belum dibukukan, sehingga dasar pembacaan dan pelajarannya adalah masih secara lisan. Pedomannya adalah Nabi dan para sahabat serta orang-orang yang sudah hafal al-Qur’an. Kondisi ini berlangsung terus sampai masa sahabat, masa pemerintahan khalifah Abu Bakar ra. dan Umar ra. Pada masa kekhalifahan ini, kitab al-Qur’an sudah dibukukan dalam satu mushhaf. Pembukuan al-Qur’an tersebut merupakan ikhtiar khalifah Abu Bakar ra. atas inisiatif Umar bin Khattab ra. Pada masa pemerintahan khalifah Utsman bin Affan ra. mushhaf al-Qur’an disalin dan dibuat banyak, serta dikirim ke daerah-daerah Islam yang pada waktu itu sudah menyebar luas guna menjadi pedoman bacaan pelajaran dan hafalan al-Qur’an (Djalal, 1998). Dengan penyebaran al-Qur’an yang menjangkau wilayah yang luas ini, diharapkan akan semakin memudahkan orang untuk membaca dan mempelajari al-Qur’an, bahkan dapat menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya.

Lebih daripada itu, dengan membaca al-Qur’an dan diikuti dengan pemahaman yang benar, maka diharapkan tumbuh keyakinan akan kebenaran al-Qur’an. Demikian juga siapapun yang mendengarkan bacaan al-Qur’an, akan dinilai seperti orang yang membaca al-Qur’an (Samsul Ulum, 2007). Begitu besarnya nilai manfaat yang diperoleh dari orang yang membaca, mempelajari, dan juga hanya sekedar mendengarkan al-Qur’an. Agar seseorang dapat melakukan ini semua, maka harus ada sikap hati yang menyerah kepada kebenaran (al-Haqq). Karena sikap hati adalah dasar untuk bisa memahami al-Qur’an (Dawam Rahardjo, 2002). Dengan itu, maka bayangan akan susahnya mempelajari dan memahami al-Qur’an lambat laun akan sirna seiring dengan semangat orang untuk menjadikan al-Qur’an sebagai pegangan hidupnya.

Al-Qur’an sebagai pegangan hidup seseorang memberikan implikasi bahwa, al-Qur’an harus pula dihayati akan nilai-nilai Islam yang terkandung di dalamnya, agar nilai-nilai itu bisa menjadi kekuatan yang memotivasi dan mendasari kegiatan sehari-hari, dan menjadi alat perjuangan di bidang kemasyarakatan atau keilmuan. Lebih indah lagi kalau penghayatan itu meningkat atau berkembang menjadi usaha untuk meningkatkan pengkajian tafsir al-Qur’an (Rahardjo, 2002), bahkan berusaha menghafalkannya sebagai bagian dari ibadah. Sebab menghafal al-Qur’an bagi orang-orang tertentu, meskipun terdiri dari 30 juz dan 114 surah, bukanlah hal yang sulit.

Allah swt. telah memberikan jaminan mengenai kemudahan dalam mempelajari al-Qur’an, sebagaimana Firman-Nya dalam Surah Al-Qamar (54) ayat 17 sebagai berikut: “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran ?”.
Ayat ini menegaskan bahwa al-Qur’an itu mudah diingat bagi setiap orang yang menginginkannya, dan kemudahan al-Qur’an itu juga mencakup dalam hal membacanya, menghafalnya, memahaminya, mentadaburinya, dan menguak keajaibannya. Jika memang begitu, maka hakikat ilahiyah yang seharusnya didapatkan terlebih dahulu adalah bahwa Allah akan emudahkan menghafal al-Qur’an bagi yang berminat dengan niatan jujur. Kemudian Allah akan mempersiapkan waktu yang tepat baginya untuk menghafal al-Qur’an, jika dia memang bertekad untuk menghafalnya dan menghadap kepada Allah dengan hatinya yang bersih dan memohon pertolongan kepada-Nya (Al-Kahlil, 2010).

Kemudahan dalam menghafal al-Qur’an ini sudah banyak buktinya. Di Bangladesh misalnya, seorang anak telah hafal al-Qur’an dalam usia 9 (sembilan) tahun. Hafalannya bagus dan suaranya begitu memukau. Di Mesir, ada anak usia 7 (tujuh) tahun sudah hafal al-Qur’an (Samsul Ulum, 2007), dan masih banyak lagi contoh di dunia Islam yang membuktikan betapa al-Qur’an bisa dihafal oleh anak-anak Islam dalam usia yang sangat belia. .
Akhir-akhir ini di kalangan perguruan tinggi keagamaan Islam (PTKI), semacam UIN, IAIN, dan STAIN mulai ada kesadaran yang tumbuh untuk memberikan fasilitas pada mahasiswa yang ingin menghafal al-Qur’an. Bahkan beberapa perguruan tinggi umum (PTU) juga banyak yang memberikan apresiasi dan memfasilitasi mahasiswa yang menghafal al-Qur’an, melalui pemberian beasiswa bagi mahasiswa penghafal al-Qur’an. Fenomena ini terus berkembang seiring dengan berbagai peluang yang terbuka yang diberikan oleh pengelola perguruan tinggi bagi mereka yang menghafal Al-Qur’an.
Banyak ahli berpandangan bahwa, menghafal al-Qur’an tidak akan mengganggu intelektual seseorang, Tetapi justeru dapat menjadi pemicu kecerdasan seseorang. Artinya, seorang pelajar yang sedang menghafal al-Qur’an tidak akan mempengaruhi prestasi belajarnya. Untuk itu, menghafal al-Qur’an dapat bersinergi dengan kegiatan belajar di bangku sekolah/perguruan tinggi.

Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang misalnya, beberapa mahasiswa atau wisudawan terbaik 5 tahun terakhir kebanyakan diraih oleh mahasiswa penghafal al-Qur’an. Ini menunjukkan bahwa, dengan belajar yang rajin untuk menggapai prestasi kuliah yang bagus dan dalam waktu yang bersamaan ikut menghafal al-Qur’an, aktifitas keduanya tidak akan terganggu. Untuk itu, bagi mahasiswa yang berminat mempelajari, memahami, sekaligus menghafal al-Qur’an bisa memulainya dari sekarang. Bahkan Kampus UIN menyediakan lembaga yang namanya Haiah Tahfidzil Qur’an (HTQ), suatu lembaga yang secara khusus menangani hafalan al-Quran bagi mahasiswa.

Memang membaca, memahami, dan menghafal al-Qur’an bukan fardhu kifayah yang dapat diwakili atau dibebankan kepada ulama, kiai atau ustadz. Tetapi seperti dicontohkan oleh para sahabat, semua itu dilakukan sebagai kewajiban individual setiap kaum muslimin. Bila secara individu seorang muslim mampu dan sanggup membaca, memahami, dan menghafal al-Qur’an dengan baik, maka keluarga yang dibinanya juga akan mendapatkan imbas kebaikan itu, sehingga akhirnya semua komunitas masyarakat di sekitarnya juga akan menjadi baik.

Mudah-mudahan kita selalu diberi kemudahan oleh Allah swt. untuk bisa membaca, memahami, dan menghafal al-Qur’an dengan baik, meskipun mungkin hanya sebatas Juz Amma, dan juga mampu membawa masyarakat sekitar kepada kebaikan kolektif atas bacaan al-Qur’an kita. Amiin. 3x yaa robbal ‘alamiin.

Monday, 23 June 2014

QS. Al-mu'minun 1-11, QS. Ali-Imran 133-136, QS. An-nahl 65-69,

Qs. Al-mu'minun 1-11

Terjemah:
1. Sesungguhnya beruntung orang-orang yang beriman
2. (yaitu) orang-orang yang khusu' dalam shalatnya
3. dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna
4. dan orang yang menunaikan zakat
5. dan orang yang memelihara kemaluannya
6. kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka tidak tercela
7. Tetapi barang siapa mencari dibalik itu, maka mereka adalah orang-orang yang melampaui batas
8. dan (sungguh) beruntung orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya,
9. serta orang yang memelihara shalatnya
10. mereka itulah yang akan mewarisi,
11. (yakni) yang akan mewarisi (surga) firdaus. Mereka kekal di dalamnya.

Qs. Ali-imran 133-136
Terjemah:
133. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan kepada Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.
134. (yaitu) orang-orang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah Subhanahu Wata'ala menyukai perbuatan orang-orang yang berbuat kebajikan.
135. dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah Subhanahu Wata'ala, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah Subhanahu Wata'ala? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
136. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari tuhan mereka dan surga didalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal didalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.
Tetapi barang siapa mencari di balik itu[10], maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas[11]. - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-al-muminun-ayat-1-11.html#sthash.E3yFbuvH.dpuf
Tetapi barang siapa mencari di balik itu[10], maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas[11]. - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-al-muminun-ayat-1-11.html#sthash.E3yFbuvH.dpuf
Tetapi barang siapa mencari di balik itu[10], maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas[11]. - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-al-muminun-ayat-1-11.html#sthash.E3yFbuvH.dpuf
Tetapi barang siapa mencari di balik itu[10], maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas[11]. - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-al-muminun-ayat-1-11.html#sthash.E3yFbuvH.dpuf

Search This Blog